SuaraJatim.id - Sudah 15 tahun bencana lumpur lapindo berlangsung. Namun hingga kini, belum ada tanda-tanda semburan itu berhenti.
Padahal bencana itu, sesuai data Pos Kordinasi untuk Keselamatan Lumpur Lapindo (Posko KKLULA), sudah menenggelamkan padat huni seluas lebih dari 800 hektare dan mengakibatkan pemindahan paksa 20 ribu keluarga.
Atas bencana ini, Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jatim menuding pemerintah sengaja melakukan pembiaraan. Bahkan pemerintah dianggap tidak bertanggung jawab atas penyelamatan ruang hidup rakyat.
Sebab belasan tahun berlangsungnya bencana itu, berimbas pada kualitas lingkungan, baik air, udara, dan tanah di sekitar pusat semburan lumpur menurun drastis.
Baca Juga: MPP Mudahkan Masyarakat Akses Layanan Publik
Pembiaraan itu dibuktikan Walhi, ketika pemerintah mengizinkan industri migas berdiri di wilayah padat huni. Padahal jarak terdekat dari sumur Jatirejo, lokasi penyemburan itu sekitar 200 meter padat dari penduduk.
"Sungguh suatu yang sangat mencengangkan sebuah industri dengan resiko yang besar berada pada padat huni," kata Kordinator Walhi Jatim Rere Christanto dalam diskusi 15 Tahun Bencana Lapondo secara online, Senin (31/5/2021).
Lebih lanjut, Rere juga menyebut, ketika sumur banjar panji 1 berjalan, mereka bahkan belum menyelesaikan dokumen Analisis dampak lingkungan (Amdal) tapi dibiarkan beroperasi.
Kemudian bagaiamana masyarakat membiarkan, karena mereka membangun dengan kebohongan. Mengakali lahan sekitar, tidak disebut sebagai pertambangan migas. Melainkan disebut sebagai perternakan.
"Dari tiga hal ini sebelum semburan ini muncul, sudah ada tendensi besar bahwa sebetulnya negara tidak memberikan keselamatan masyarakat, yang berujung pada bencana," terangnya.
Baca Juga: 15 Tahun Lumpur Lapindo
"15 tahun berjalan, rakyat dibiarkan menderita. Asumsi dasar pemerintah, kasus lapindo sudah selesai. Urusan ini hanya berkaitan dengan ganti rugi bangunan," tambahnya.
Selain itu, Walhi juga menjelaskan, dampak dari bencana yang paling dominan pada persoalan sekotor ekonomi. Dua tahun pertama setelah semburan Lapindo, ada sekitar 3001 usaha informal mikor kecil menengah guling tikur. Sebanyak 24 pabrik yang tenggelam, kira-kira ada sebanyak 166 ribu karyawan yang kehilangan pekerjaan.
Bapemas sendiri di tahun pertama membuat catatan tafsiran kerugian pertama ekonomi langsung sekitar Rp 7,3 triliun dengan kerugian tidak langsung mencapai Rp 16,5 trilun.
"Artinya ada banyak kerugian yang begitu besar yang tidak dibayangkan oleh pemerintah harus dihadapi setiap hari oleh masyarakat selama 15 tahun," jelasnya.
Disamping itu, sekotor pendidikan juga mengalami kerugian besar. Data Walhi membeberkan, ada sebanyak 63 unit pendidikan dari tingkat TK sampai SMA yang tenggalam. Tapi tidak pernah dibangun kembali oleh pemerintah.
"Orang-orang yang dulu misalnya sektor kerja toko harus dipaksa pindah ke lokasi baru, bisa menjalan usahanya seperti dahulu. Begitu dia pindah ke lokasi baru besar kemungkinan mengalami penurunan. Begitu juga sektor lain, seperti buruh tani, buruh bangunan," tukasnya.
Kontributor : Amin Alamsyah
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Penyerang Keturunan Rp 15,6 Miliar untuk Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
- 6 Mobil Bekas untuk Keluarga di Bawah Rp50 Juta: Kabin Luas, Cocok untuk Perjalanan Jauh
- Keanehan Naturalisasi Facundo Garces ke Malaysia, Keturunan Malaysia dari Mana?
- 4 Rekomendasi Mobil Bekas Merek Jepang di Bawah Rp100 Juta: Mesin Prima, Nyaman buat Keluarga
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Anti Hujan Terbaik 2025: Irit, Stylist, Gemas!
Pilihan
-
6 Skincare Aman untuk Anak Sekolahan, Harga Mulai Rp2 Ribuan Bikin Cantik Menawan
-
5 Rekomendasi Mobil Kabin Luas Muat 10 Orang, Cocok buat Liburan Keluarga Besar
-
Indonesia Jadi Tuan Rumah Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026, Apa Untungnya?
-
Daster Bukan Simbol Kemalasan: Membaca Ulang Makna Pakaian Perempuan
-
Daftar 5 Sepatu Olahraga Pilihan Dokter Tirta, Brand Lokal Kualitas Internasional
Terkini
-
Gubernur Khofifah Dorong Tata Kelola Internasional Usai Tahura Raden Soerjo Cetak Rekor
-
Gubernur Khofifah Apresiasi KTH dan Penyuluh Kehutanan se-Jatim: NTE Tertinggi Nasional
-
Usai Wukuf, Gubernur Khofifah akan Lempar Jumrah Aqobah di Mina dan Thowaf Ifadhah
-
Said Abdullah: Idul Adha Pengorbaan Sebagai Puncak Penghambaan
-
Gubernur Khofifah Ajak Semua Pihak Kelola Sampah, Jatim Jadi Provinsi dengan Bank Sampah Terbanyak