SuaraJatim.id - Banyak tokoh populer dunia mengidap penyakit parkinson. Salah satunya Muhammad Ali, petinju legendaris asal Amerika Serikat.
Apa itu Parkinson? Parkinson merupakan penyakit yang disebabkan oleh kerusakan atau kematian sel saraf di bagian otak yang disebut susbstantia nigra.
Sel saraf tersebut berfungsi memproduksi dopamin, senyawa kimia yang mengirim pesan dari otak ke sistem saraf, dan membantu mengontrol gerak tubuh.
Pada penderita penyakit Parkinson, sel saraf di susbstantia nigra rusak atau mati, sehingga jumlah dopamin dalam otak berkurang. Akibatnya, gerak tubuh menjadi lambat dan tidak normal.
Baca Juga: Studi Terbaru Ungkap Manusia Tidak Bisa Hidup Lebih dari 150 Tahun
Nah, baru-baru ini sebuah studi baru di Israel mengungkapkan penyebab utama penyakit-penyakit degeneratif, termasuk Parkinson. Studi ini diungkap ilmuan Ben Gurion University (BGU) pada Minggu (31/5).
Selama proses penuaan, protein dalam tubuh kehilangan struktur yang pas dan membentuk kumpulan elemen berbeda yang menyebabkan penyakit.
Dalam studi yang diterbitkan di jurnal Nature Communications, para peneliti BGU menemukan bahwa sistem kontrol kualitas dari protein tubuh diatur ulang selama bertahun-tahun.
Sistem kontrol kualitas spesifik protein otak berubah sesuai dengan usia dan kehilangan kemampuannya untuk menjaga struktur protein yang pas, sehingga tidak dapat lagi mencegah penyakit.
Studi itu menemukan bahwa sistem kontrol protein esensial, yang terdapat di seluruh sel jaringan tubuh, tidak berfungsi dengan cara yang sama di setiap selnya, namun disesuaikan menurut kadar protein dan interaksi di setiap jaringan.
Baca Juga: Hasil Penelitian: Anjing Bisa Endus Covid-19, Akurasinya Lebih 90 Persen
Perubahan sistem kontrol pada usia senja melenyapkan kecocokan spesifiknya dengan jaringan tersebut, sehingga tidak mampu lagi mencegah kondisi fisik yang terbatas.
"Temuan-temuan itu dapat mengarah pada perkembangan obat yang akan mempertahankan kemampuan untuk mengendalikan kualitas protein pada usia tua dan karenanya memperlambat perkembangan penyakit degeneratif," kata para peneliti. ANTARA
Berita Terkait
-
Studi Terbaru Ungkap Manusia Tidak Bisa Hidup Lebih dari 150 Tahun
-
Hasil Penelitian: Anjing Bisa Endus Covid-19, Akurasinya Lebih 90 Persen
-
Hasil Penelitian: Banyak Konsumsi Buah dan Sayur Bisa Hilangkan Stres
-
Kembangkan Penelitian Reaktor Nuklir, UIN Sunan Kalijaga Gandeng BATAN
-
Penumpang Pesawat Naik dari Belakang ke Depan, Berisiko Tinggi Covid-19
Terpopuler
- 6 Pilihan HP Samsung Murah Harga Rp1 Jutaan: RAM 6 GB, Performa Terbaik
- 6 Mobil Matic Bekas di Bawah Rp 40 Juta: Cocok untuk Pemula dan Ramah di Kantong
- Keluarkan Rp7 Juta untuk Tebus Ijazah Eks Satpam, Wamenaker Noel: Perusahaan Membangkang Negara
- 8 Rekomendasi HP Harga Rp1 Jutaan Spesifikasi Tinggi: Layar AMOLED, Kamera 50 MP!
- 5 Mobil Keluarga Terbaik yang Kuat Tanjakan, Segini Beda Harga Bekas vs Baru
Pilihan
-
Kesombongan Pemain Klub Israel: Kami Tak Takut dengan Rudal Iran!
-
3 Kerugian Ole Romeny dan Marselino Ferdinan Tampil di Piala Presiden 2025
-
Perang Iran-Israel Kian Panas, Pasar Keuangan Global Panik
-
Harga Emas Antam Terbang Tinggi di Awal Pekan, Dibanderol Rp 1.968.000 per Gram
-
Bayern Munich Perkasa di Piala Dunia Antarklub: Bantai Auckland City 10-0
Terkini
-
Awal Pekan Dapat Cuan? DANA Kaget Hadir Bagi-bagi Saldo, Siapa Cepat Dia Dapat!
-
Gubernur Khofifah Salurkan Bantuan Rp6,37 M: Perkuat Perlindungan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat
-
Jangan Kedip! 5 Link Saldo DANA Kaget Total Rp549.000 Siap Disambar, Rebutan Sekarang Juga!
-
7 Mitos Ayam Cemani yang Bikin Merinding: Dari Enteng Jodoh Hingga Tumbal Nyawa!
-
Berburu Kejutan Saldo DANA Kaget! Raih Hadiah hingga Rp449 Ribu, Simak Manfaat dan Tipsnya