Tri Rismaharini, saat menjabat sebagai wali kota Surabaya pun ikut mengomentari ribut-ribut kabar menggemparkan ini. Ia mempersilakan siapa saja untuk meneliti makam tersebut.
Dikutip dari reportase Tempo pada 2015 lalu, Poch meninggal di Rumah Sakit Umum Dr Soetomo dengan usia 74 tahun. Jika informasi ini benar, tentu berbeda dengan hitungan usia Hitler. Pemimpin Nazi ini lahir pada 1889. Maka pada 1970, Hitler seharusnya berusia 81 tahun.
Dalam buku keterangan harian, Poch memiliki ahli waris Ny G A Poch dan beralamat di Masjid Dharmawangsa, Surabaya. Adapun sebagai pelapor, yaitu Mochamad. Kepala Cabang Makam Islam Ngagel Rejo Edi Suherman mengatakan tidak mengetahui pasti siapa Mochamad. "Mungkin pengurus kampung atau saudara," ujar Edi.
Masih berdasarkan buku keterangan, Poch dinyatakan meninggal karena tua. Semenjak Edi bertugas di Ngagel, dia tidak pernah mendengar keberadaan isteri maupun keluarga Poch.
Baca Juga: Dalam Sebulan Sampah Masker di Kota Surabaya Hampir Satu Ton
LIPI Belum Berkesimpulan
Sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Asvi Warman Adam mengatakan belum memiliki kesimpulan apakah dokter tua asal Jerman yang bertugas di kapal rumah sakit Hope di Sumbawa Besar itu adalah Adolf Hitler.
"Memang ada cerita tentang seorang dokter di Sumbawa Besar, dr Poch. Saya juga mendengar itu, " kata Sejarawan LIPI Asvi Warman Adam, dikutip dari wesite lipi.go.id beberapa waktu lalu. Asvi bicara soal makam Poch ini dengan vivanews pada 2015.
Asvi juga belum pernah menemukan tulisan atau bukti lain keterkaitan antara dokter tua asal Jerman itu dengan Hitler. "Buktinya tidak jelas. Apakah orang itu Hitler atau bukan. Jadi, tentunya kita tidak memastikan di sini, " kata pria yang mendapat gelar doktor dari Ecole des Hautes Etudes en S. Sociales, Paris pada 1990 ini.
Menurut Asvi, bukti makam atau kuburan dr Poch belum cukup untuk membuktikan bahwa dia adalah sang Fuhrer. Begitu juga dengan pengakuan lisan kesaksian dari seseorang.
Baca Juga: Pasar Kembang Surabaya Kebakaran
"Ini dikatakan orang Nazi. Apakah mendarat secara beramai-ramai atau orang per orang. Kita harus melacak lagi, " ujar peneliti senior LIPI ini.
Berita Terkait
-
5 Kontroversi UD Sentoso Seal: Bantah Tahan Ijazah Eks Karyawan, Kelakuan Bos Bikin Wamenaker Murka
-
Profil UD Sentoso Seal, Distributor Oli yang Tahan Ijazah dan Potong Gaji Karyawan Jika Salat Jumat
-
Profil Jaiden Law, Winger Keturunan Surabaya Kelahiran Sydney yang Bakal Trial di Klub Spanyol
-
Rayhan Hanan Buka-bukaan Soal PR Besar Persija Jakarta, Optimis Bangkit?
-
BRI Liga 1: Imbangi Persija, Misi Persebaya Surabaya Masih Belum Tuntas?
Tag
Terpopuler
- Pemutihan Pajak Kendaraan Jatim 2025 Kapan Dibuka? Jangan sampai Ketinggalan, Cek Jadwalnya!
- Sama-sama Bermesin 250 cc, XMAX Kalah Murah: Intip Pesona Motor Sporty Yamaha Terbaru
- Emil Audero Menyesal: Lebih Baik Ketimbang Tidak Sama Sekali
- Forum Purnawirawan Prajurit TNI Usul Pergantian Gibran hingga Tuntut Reshuffle Menteri Pro-Jokowi
- 5 Rekomendasi Moisturizer Indomaret, Anti Repot Cari Skincare buat Wajah Glowing
Pilihan
-
Emansipasi Tanpa Harus Menyerupai Laki-Laki
-
Laga Sulit di Goodison Park: Ini Link Live Streaming Everton vs Manchester City
-
Pemain Keturunan Jawa Bertemu Patrick Kluivert, Akhirnya Gabung Timnas Indonesia?
-
Jadwal Dan Rute Lengkap Bus Trans Metro Dewata di Bali Mulai Besok 20 April 2025
-
Polemik Tolak Rencana Kremasi Murdaya Poo di Borobudur
Terkini
-
Makin Ramah Pengguna, BRImo Hadir dengan Bahasa Indonesia dan Inggris
-
Pendaftaran Tanah Elektronik: Khofifah Dorong Notaris & PPAT Jatim Lebih Efisien!
-
Berikut Ini Kisah Sukses Bening by Helena Bersama BRI
-
Gubernur Khofifah Komitmen Bangun Moderasi Beragama Diajarkan Sejak Dini, Jaga Sinergi dengan BNPT
-
Puluhan Mantan Karyawan yang Ijazahnya Ditahan Resmi Lapor Polisi