SuaraJatim.id - Jika pemerintah merealisasikan kenaikan cukai rokok pada 2022, diperkirakan sebanyak 65.000 pekerja pabrik rokok di Jawa Timur terdampak.
Hal itu diungkap Federasi Serikat Pekerja Rokok, Tembakau, Makanan dan Minuman (FSP RTMM) SPSI Provinsi Jawa Timur.
Ketua FSP RTMM SPSI Jawa Timur Purnomo, mengatakan, perusahaan akan melakukan berbagai langkah efisiensi. Sebab kenaikan cukai rokok juga akan mengerek harga rokok naik.
"Hal ini karena biaya operasional industri ini cukup besar. Mulai dari pengurangan jam kerja, pengurangan upah, bahkan pengurangan karyawan,” ujarnya, mengutip dari Antara, Jumat (27/8/2021).
Purnomo menyebut, industri rokok di Jatim sangat besar dibandingkan provinsi lainnya, dan menaungi puluhan ribu pekerja.
"Selama pandemi COVID-19, tercatat sudah tiga pabrik yang tutup. Pabrik-pabrik lain berupaya bertahan dengan strategi efisiensi. Jadi, kami mohon sekali, Pak Presiden, tunda dulu, jangan naikkan cukai rokok lagi. Jangan sampai industri di Jatim ini hancur," kata Purnomo.
SPSI berharap pemerintah mendengar keluh kesah para pekerja, sebab tenaga kerja sektor industri rokok dan tembakau di Jawa Timur saat ini sekitar 65.000 pekerja, hal itu berkurang sekitar 5.000 pekerja dibandingkan tahun 2020.
"Ini menunjukkan dalam jangka waktu satu tahun terjadi penurunan sekitar 5.000 pekerja. Salah satunya karena imbas kenaikan cukai rokok," katanya.
Sementara, Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Jawa Timur, Muhdi mengaku menolak rencana kenaikan cukai, sebab harga tembakau petani dipastikan akan langsung drop.
Baca Juga: Pemerintah Diminta Pertimbangkan Cukai Rokok di 2022
"Hingga Agustus pekan lalu banyak tanaman tembakau yang mati karena hujan deras. Ditambah lagi menjelang September ini, pabrikan belum melakukan pembelian tembakau petani. Jika pemerintah menambah dengan pengumuman cukai naik, kiamat lah petani tembakau," ujar Muhdi.
Ia mengatakan, apabila cukai dinaikkan dipastikan membuat serapan tembakau dari pabrikan ke petani tembakau akan semakin menurun.
"Harga cukai naik, harga jual rokok naik, seharusnya harga tembakau dari petani naik, tapi kenyataannya tidak demikian. Pabrikan berupaya bertahan menurunkan jumlah serapan tembakau petani," kata Muhdi.
Hal lain yang saat ini dikhawatirkan petani tembakau di Jawa Timur khususnya adalah produksi yang diproyeksikan menurun hingga 30 persen. Dari sekitar 100 ribu hektare areal produksi tembakau keseluruhan di Jawa Timur, hanya sekitar 80 ribu hektar yang bisa panen.
"Karena terdampak cuaca hasil panen tidak terlalu maksimal. Ditambah lagi saat ini pasarnya sangat lesu," katanya. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Sekelas Honda Jazz untuk Mahasiswa yang Lebih Murah
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 26 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 13 November: Klaim Ribuan Gems dan FootyVerse 111-113
- 5 Pilihan Bedak Padat Wardah untuk Samarkan Garis Halus Usia 40-an, Harga Terjangkau
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman New Balance untuk Jalan Kaki Jauh
Pilihan
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
Terkini
-
Menang Wali Kota New York, Bisakah Zohran Mamdani Jadi Capres AS 2028?
-
Sopir Bus Resmi Tersangka Kecelakaan Bus Tulungagung, Satu Korban Tewas di Ngunut!
-
Program Pemberdayaan BRI Dorong Pertumbuhan Inklusif, Kredit dan Dana Murah Meningkat
-
Pemkab Trenggalek Siapkan Pengalihan 27 SDN Jadi Aset Daerah, Dorong Kepastian Hukum Pendidikan!
-
Gubernur Khofifah Jumpa Menteri Pendidikan Singapura dalam Rising Fellowship: Kerja Sama Pendidikan