Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Rabu, 26 Januari 2022 | 15:43 WIB
Nyamuk aedes aegypti. (Dok: Shutterstock)

"Nah, apabila sudah didiagnosa positif DBD, maka segera melaporkan ke puskesmas terdekat atau ke kelurahan atau kecamatan untuk segera dilakukan penyelidikan epidemiologi, yaitu kegiatan pencarian penderita demam serta pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD di rumah penderita dan rumah sekitarnya dalam radius 100 meter," katanya.

Setelah itu, penyelidikan epidemiologi juga akan dilanjutkan dengan penanggulangan fokus yang terdiri dari penguatan PSN. Hal ini penting dilakukan untuk memastikan benar-benar tidak ada jentik nyamuk.

Kemudian dilakukan lavarsidasi secara selektif untuk memberantas jentik penampungan air yang sulit dikuras, dan juga fogging fokus untuk memutus mata rantai penularan apabila ditemukan adanya jentik atau nyamuk penular di wilayah tersebut.

"Selanjutnya, upaya penting yang harus dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit DBD adalah Gerakan 3M Plus dan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik secara serentak dan terus menerus oleh seluruh masyarakat bersama stakeholder, mulai dari tingkat RT/RW, kelurahan, kecamatan bersama dengan puskesmas dan kader kesehatan lainnya," ujarnya.

Baca Juga: Jadwal Laga Mundur, PSS Sleman Anggap sebagai Keuntungan

Selain itu, dapat pula dilakukan upaya pencegahan lainnya untuk mengurangi resiko tergigit nyamuk. Salah satunya dengan menanam tanaman pengusir nyamuk, memelihara ikan pemakan jentik, memasang kasa nyamuk, menggunakan kelambu, menggunakan lotion anti nyamuk, menggunakan baju panjang.

Serta menghindari menumpuk barang-barang dan menggantung pakaian, karena itu akan menjadi tempat peristirahatan nyamuk. Menurut Nanik, kondisi musim penghujan dengan curah hujan yang tidak menentu disertai cuaca panas, memang menimbulkan potensi peningkatan populasi nyamuk dan tingkat agresifitas nyamuk vektor atau pembawa virus dengue.

Makanya, kasus DBD di Kota Surabaya juga mengalami peningkatan di awal Januari 2022. "Berdasarkan data yang kami miliki, pada bulan Januari 2022 telah ada 31 kasus yang terkonfirmasi DBD dengan mayoritas menyerang anak usia 5-14 tahun," tukasnya.

Oleh karena itu, seluruh warga Surabaya diimbau untuk waspada dengan menjaga kebersihan lingkungan dan memastikan tidak ada jentik di lingkungannya masing-masing, baik di dalam maupun di luar rumah.

"Salah satunya dengan melakukan kerja bakti massal dan PSN serentak untuk memberantas tempat berkembangbiaknya nyamuk, menguatkan peran dan fungsi kader kesehatan untuk memantau lingkungan di masyarakat," ujarnya menambahkan.

Baca Juga: Karantina di Asrama Haji Surabaya Terapkan Sistem Bubble

Selain itu, Dinkes akan terus melakukan konsultasi dengan ahli/pakar terkait perkembangan kondisi Infeksi Dengue di Indonesia, melakukan pemeriksaan identifikasi spesies jentik di Kota Surabaya dari beberapa habitat potensial lain, selain air bersih yang dicurigai berisiko menjadi tempat berkembangbiaknya jentik aedes seperti genangan di selokan atau parit.

Load More