Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Selasa, 17 Mei 2022 | 08:50 WIB
Ilustrasi kesehatan mental.[Pexels/Alexandr Podvalny]

Menurut para peneliti, koeksistensi kedua mekanisme bermanfaat bagi stabilitas dan kelangsungan hidup organisme.

“Mekanisme dua arah ini penting untuk mengoptimalkan pembedaan antara sinyal berbahaya dan aman,” kata Mattia Aime dari DBMR, penulis pertama studi tersebut.

Jika diskriminasi ini hilang pada manusia dan reaksi ketakutan yang berlebihan dihasilkan, ini dapat menyebabkan gangguan kecemasan.

Temuan ini sangat relevan dengan kondisi patologis seperti gangguan stres pasca-trauma, di mana trauma terlalu terkonsolidasi di korteks prefrontal, hari demi hari selama tidur.

Baca Juga: Jelang Persalinan, Calon Orang Tua Perlu Jaga Kesehatan Mental

Temuan ini membuka jalan menuju pemahaman yang lebih baik tentang pemrosesan emosi selama tidur pada manusia dan membuka perspektif baru untuk target terapeutik untuk mengobati pemrosesan memori traumatis yang maladaptif, seperti gangguan stres pascatrauma (PTSD) dan konsolidasi awal yang bergantung pada tidur.

Penelitian tidur dan obat tidur telah lama menjadi fokus penelitian Universitas Bern dan Inselspital, Rumah Sakit Universitas Bern.

“Kami berharap temuan kami tidak hanya menarik bagi pasien, tetapi juga masyarakat luas. Tidak ada titik temu dalam kegiatan itu. Untuk selanjutnya ditangani oleh tim di tingkat Kabupaten,” katanya menegaskan. ANTARA

Load More