Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Selasa, 21 Juni 2022 | 19:55 WIB
Rawon Rosobo Jombang sepi gara-gara PMK [Foto: Beritajatim]

SuaraJatim.id - Sudah beberapa pekan ini dagangan Agus Rudiono sepi pembeli. Ia menduga-duga penyebabnya gara-gara wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di daerahnya.

Sejauh ini wabah PMK di Jombang memang belum tuntas betul. Wabah ini memukul sejumlah peternak sebab hewan piaraan mereka banyak yang sakit, bahkan tidak sedikit yang mati.

Belakangan masalahnya bukan hanya dirasakan peternak. Pengusaha kuliner pun ikut kelimpungan, utamanya menu rawon. Hal itu yang dirasakan Rumah Makan Rosobo, yang berada di Timur Taman Kota Mojoagung, Jombang.

Pada Selasa (21/6/2022) sejumlah pelanggan nampak menikmati sajian nasi rawon andalan depot legendaris tersebut. Kuah warna hitam mengguyur nasi.

Baca Juga: Cegah Wabah PMK, Lima Pasar Hewan di Boyolali Masih Ditutup

Ada tauge, sambal, serta dua daging empat berukuran tebal. Rosobo memang depot legendaris di Jombang. Rumah makan ini bediri puluhan tahun. Nasi rawon sebagai andalan.

Para pelanggan bukan hanya dari Jombang. Namun juga warga dari luar kota. Utamanya mereka yang sedang bepergian. Namun belakangan pelanggan rumah makan itu sepi. Demikian disampaikan Agus Rudianto, pemiliknya.

“Sejak ada PMK, jumlah pembeli mengalami penuruan hingga 30 persen,” katanya dikutip dari beritajatim.com jejaring media suara.com, Selasa (21/06/2022).

Agus menyebut, pada dalam situasi normal atau sebelum wabah PMK, Depot Rosobo mampu menghabiskan 130 kilogram daging sapi. Namun sejak ada wabah tersebut, jumlah daging mengalami penurunan.

“Saat ini hanya mengahbiskan 80 kilogram daging dalam sehari. Karena jumlah pembeli memang turun,” kata Agus.

Baca Juga: Sebanyak 6 Ribu Ternak di Lumajang Ditargetkan Menerima Suntikan Vaksin PMK

Sedangkan pada Sabtu dan Minggu, Depot Rosobo bisanya menghabiskan daging sapi 3 kuintal. Namun sejak ada wabah PMK turun menjadi 2 kuintal.

Sebenarnya, lanjut Agus, pihaknya menyiasasti menggunakan daging impor, meski harganya lebih mahal. Selain itu, juga memilih daging lokal yang berkualitas bagus.

“Daging impor Rp 89 ribu, sedangkan daging lokal Rp82 ribu per kilogram. Ini untuk menambah kepercayaan pelanggan. Kami selalu memilih daging lokasi dengan kualitas super,” kata Agus ketika ditemui di rumah makan yang berada di Timur Taman Mojoagung ini.

Salah satu pembeli yang sedang berada di depot itu adalah Syamsul. Dia menikmati sepiring nasi rawon yang ada di depannya. Nasi tersebut tandas tak tersisa. Syamsul mengaku sudah lima kali mampir ke Depot Rosobo. Dia cocok olahan tersebut.

“Saya cocok dengan masakan di depot ini. Bumbunya terasa, dagingnya tebal. Makanya sudah lima kali makan di sini. Saya pikir aman-aman saja, karena daging sapi yang ada di depot ini diolah dengan benar,” katanya menegaskan.

Load More