Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Sabtu, 01 Oktober 2022 | 16:30 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin [Foto: ANTARA]

SuaraJatim.id - Kemarin Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengakui hasil referendum rakyat di empat wilayah Ukraina: Donetsk, Luhansk, Zaporizhzhia dan Kherson. Mereka memilih bergabung ke Rusia.

Dengan begitu, maka empat wilayah tersebut telah menjadi bagian dari Rusia. "Donetsk, Kherson, Luhansk, Zaporizhzhia menggunakan hak mereka untuk menentukan nasib sendiri, yang diabadikan oleh PBB," kata Putin menegaskan.

Presiden Rusia itu mengatakan Moskow siap untuk kembali ke negosiasi damai dengan Kiev tetapi tidak akan mencabut hasil referendum. Putin menegaskan, penduduk di empat wilayah Ukraina tersebut sekarang "menjadi warga negara Rusia selamanya."

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan lebih dari 98 persen orang yang tinggal di wilayah Ukraina mendukung bergabungnya ke Rusia.

Baca Juga: Uni Eropa Kecam Pencaplokan Ilegal 4 Wilayah Ukraina: Rusia Ancam Keamanan Global

Pada 23-27 September 2022, wilayah separatis Ukraina di Donetsk dan Luhansk serta bagian Zaporizhzhia dan Kherson yang dikuasai Rusia. Mereka mengadakan referendum untuk bergabung dengan Rusia.

Terkait hasil referendum tersebut, Uni Eropa yang beranggotakan 27 negara pada Jumat (30/9) "secara tegas" menolak dan mengecam pencaplokan ilegal empat wilayah Ukraina oleh Rusia.

"Rusia mengancam keamanan global," tulis pernyataan gabungan negara-negara anggota, yang mengutuk pencaplokan wilayah Donetsk, Luhansk, Zaporizhzhia dan Kherson di Ukraina.

Mereka menunjukkan bahwa blok tersebut tidak akan mengakui referendum ilegal "yang direkayasa Rusia sebagai dalih untuk melanggar lebih jauh kemerdekaan, kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina," atau pencaplokan wilayah secara ilegal.

"Krimea, Kherson, Zaporizhzhia, Donetsk dan Luhansk adalah Ukraina," tulis pernyataan itu mempertegas.

Baca Juga: Dikutuk Komunitas Internasional, Vladimir Putin Tetap Umumkan 4 Wilayah Ukraina yang Dicaplok

"Keputusan ini batal demi hukum dan tidak akan berdampak terhadap hukum apa pun," katanya.

Negara-negara anggota juga meminta negara lain untuk mengambil sikap yang sama dan tidak mengakui pencaplokan yang mengacaukan tatanan internasional yang berbasis aturan, seperti Piagam PBB dan "secara terang-terangan" melanggar "hak-hak fundamental Ukraina."

Blok tersebut juga menegaskan kembali dukungannya untuk Ukraina dan berjanji akan terus mendesak Rusia agar mengakhiri perang.

Pemerintah Korea Selatan pada Sabtu mengatakan bahwa mereka tidak sudi mengakui pencaplokan wilayah Ukraina oleh Rusia baru-baru ini seraya mengecam keras invasi Moskow ke negara Eropa timur tersebut.

Di Asia, baru Korea Selatan yang bersuara menolak hasil referendum tersebut. Lewat Juru bicara Kementerian Luar Negeri Lim Soo-suk, Korsel mengutuk keras pencaplokan tersebut.

"Pemerintah Korea mengutuk keras invasi bersenjata Rusia terhadap Ukraina sebagai satu pelanggaran terhadap prinsip-prinsip Piagam PBB," katanya menegaskan.

"Pemerintah Korea tidak sudi mengakui referendum yang diselenggarakan di Donetsk, Luhansk, Zaporizhzhia dan Kherson dan keabsahan pencaplokan Rusia atas wilayah Ukraina."

Korsel menyerukan agar kedaulatan, integritas wilayah dan kemerdekaan Ukraina dihormati.

Semenjak Rusia meluncurkan invasi ke Ukraina awal tahun ini, Seoul turut menjatuhkan sanksi internasional terhadap Moskow dan mengirim bantuan ke Kiev. ANTARA

Load More