Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Selasa, 18 Oktober 2022 | 07:39 WIB
Salah satu industri pembuatan sepatu di Mojokerto (SuaraJatim/Yuliharto Simon)

SuaraJatim.id - Ekspor non-migas menjadi indikator utama turunnya angka ekspor Jatim di September 2022 Ini. Jika dibandingkan bulan sebelumnya month to month (mtm), penurunan ini mencapai 5,44 persen.

Pada Agustus 2022 lalu, nilai ekspor mencapai USD 2,02 miliar, lalu jeblok di bulan berikutnya menjadi USD 1,91 miliar. Padahal, dari sektor migas, ekspor di periode itu mengalami kenaikan, sebesar 31,46 persen.

Dari USD 103,79 juta menjadi USD 136,44 juta. Secara keseluruhan, penurunan ekspor di September adalah sebesar 3,63 persen (mtm). Dari USD 2,12 miliar menjadi USD 2,04 miliar.

Jika dirinci, komoditas industri pengolahan yang menjadi biang kerok anjloknya angka ekspor di bulan tersebut. Yakni mengalami penurunan sebesar 6,06 persen (mtm). Bahkan jika dibandingkan dari tahun sebelumnya di bulan yang sama, hanya mengalami kenaikkan sebesar 0,38 persen (yoy).

Baca Juga: Korban Tragedi Kanjuruhan yang Dibiayai Pemprov Hanya di RSUD Saiful Anwar, di Luar Itu Tidak

“Kontribusi non-migas terhadap ekspor di Jatim kan mencapai 93,32 persen. Jadi, jika komoditas itu mengalami penurunan, akan berdampak pada angka ekspor keseluruhan,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Senin 17 Oktober 2022.

Namun, jika dibandingkan tahun sebelumnya (yoy), ekspor Jatim September 2022 ini mengalami kenaikkan sebesar 2,85 persen, dari USD 1,99 miliar. “Jika dibandingkan tiga tahun terakhir, angka ekspor migas dan non-migas 2022 membaik,” ungkapnya.

Tiongkok menjadi negara utama tujuan ekspor non-migas Jatim pada September 2022. Ekspor ke negara tersebut mencapai USD 304,50 juta. Lalu, tujuan ekspor terbesar kedua adalah ke Jepang dengan nominal USD 297,71 juta dan Amerika Serikat sebesar USD 294,37 juta.

“Minyak petroleum mentah merupakan komoditas ekspor terbesar di bulan September 2022, yakni sebesar USD 125,69 juta. Lalu komoditas Sisa dan skrap dari logam mulia lainnya. Dengan nilai USD 103,16 juta,” ungkapnya.

Kondisi serupa juga dialami oleh impor di Jatim selama September 2022, jika dibandingkan bulan sebelumnya. Impor non-migas mengalami penurunan sebesar 14,77 persen (mtm). Dari USD 2,34 miliar menjadi USD 2,00 miliar. Impor migas mengalami pertumbuhan sebesar 2,22 persen.

Baca Juga: Buntut Tragedi Kanjuruhan 34 Anggota Polisi Diperiksa Hari Ini

Secara keseluruhan, dibandingkan bulan sebelumnya, penurunan impor Jatim pada September 2022 sebesar 10,43 persen (mtm). Kenaikan impor sektor migas jika dibandingkan September 2021 mengalami kenaikan ekstrim. Sebesar 112,69 persen.

Dari USD 0,39 miliar menjadi USD 0,82 miliar (yoy). Sementara impor non-migas hanya mengalami kenaikkan tipis. Sebesar 13,46 persen. Dari USD 1,76 miliar menjadi USD 2,00 miliar (yoy). Kondisi itu, membuat impor di Jatim mengalami kenaikkan sebesar 31,31 persen (yoy).

Sama halnya dengan ekspor, negara asal impor non-migas terbesar berasal dari Tiongkok. Negara tersebut memiliki peranan sebesar 31,08 persen atau sebesar USD 620,51 juta. Disusul Amerikas Serikat sebesar 9,99 persen dan Australia dengan kontribusi sebesar 5,45 persen.

“Ini masih data sementara. Ada triwulan keempat. Akan berpotensi mengalami pertumbuhan sektor sektor ekspor dan impor di Jatim. Kita doakan saja mengalami nilai yang positif,” ungkapnya.

Kontributor : Yuliharto Simon Christian Yeremia

Load More