Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Kamis, 09 Februari 2023 | 15:54 WIB
Gelandang KMSK Deinze, Marselino Ferdinan. [doc. Deinze]

SuaraJatim.id - Pelatih Tim Nasional (Timnas) Indonesia Shin Tae-yong (STY) kecewa mengetahui Marselino Ferdinand ke Belgia. Hal itu direspons oleh Persebaya Surabaya.

Manajer Persebaya Yahya Alkatiri, mengatakan kalau Marselino Ferdinand bukan milik Timnas Indonesia, ataupun coach Shin Tae-yong. Ia menjelaskan, Marsel ke Belgia karena kualitasnya.

"Ini yang harus diluruskan semuanya, Marsel itu adalah milik Persebaya, bukan punya STY, bulan punya Timnas atau PSSI. Dia itu miliknya Persebaya," ujar Yahya, Kamis (9/2/2023).

Menurut dia, kesempatan keberangkatan dari Marsel ke luar negeri sendiri, bukan dikarenakan Shin Tae-yong, namun dikarenakan kualitas Marsel yang sudah matang sejak di Persebaya.

Baca Juga: Taisei Marukawa Harus Bersabar, Laga Tanding BRI Liga 1 2022-2023 PSIS Semarang VS Persebaya Surabaya Ditunda Sementara

"Jadi ketika dia di luar negeri, hubungannya klub dengan klub, tidak ada urusan STY atau siapapun. Kalau Marsel tidak mendapat izin dari Persebaya, dia tidak akan bisa berangkat ke Persebaya, tapi kalau dapat izin dari Persebaya ya sudah selesai," ujarnya menambahkan.

"Ini yang sering terjebak di sini, nanti dikira ada STY, Marsel itu sebelum ada STY sudah bersinar di Persebaya, itu yang harus diketahui, dia sudah main di EPA sejak umur 14 tahun, semua pembinaan dilakukan di Persebaya, dan semuanya melalui sistem kompetisi, bukan TC jangka panjang, makanya dia cepet untuk berkembang," katanya.

Persebaya juga mengkritisi TC jangka panjang, yang dilakukan oleh Shin Tae-yong pada para pemain Timnas. Bahkan, tim yang berjuluk Bajol Ijo ini mengimbau, agar ada evaluasi dalam program itu, karena hasil dari kompetisi lebih matang dibandingkan dengan TC jangka panjang.

"Kalau dari kami, TC jangka panjang ini harus dievaluasi total, kita sudah beberapa tahun TC jangka panjang, tapi hasil maksimal ada di tahun 1991, Timnas ya, ini yang harus diperbaiki itu kualitas kompetisi, orang (pemain) yang mateng dari TC-TC itu, tak akan sematang di kompetisi, contohnya Persebaya," jelasnya.

Yahya menjelaskan, jika ada beberapa pemain Persebaya sudah matang, meskipun masih dalam usia muda, seperti halnya Marselino Ferdinand.

Baca Juga: Gara-Gara Ini Bonek Minta Maaf ke Warga Semarang, Tersebar Aroma Busuk Dibalik Penundaan Laga Persebaya Kontra PSIS

"Kenapa pemain muda di Persebaya bisa cepet naik? Ya karena pemain-pemain muda Persebaya ini digemblengnya di kompetisi internal, yang itu di klub lain enggak ada," ungkapnya.

Kalaupun ada tim yang melepaskan para pemain mudanya untuk TC jangka panjang, menurut Yahya memang pemain tersebut masih kurang jam bermainnya, sehingga butuh pengalaman lebih.

"Dia yang tidak mendapatkan menit play di tim senior mungkin bisa dilepas, kalau mendapatkan menit play di tim senior ya jangan lah, karena dia akan matang di kompetisi nantinya," ucap Yahya.

Menurut Yahya, ada pembodohan dalam training center jangka panjang, dan semestinya Shin Tae-yong harus berdiskusi dengan tim-tim yang berkompetisi di Indonesia.

"Menurut saya itu tanggapan yang salah, justru cara-cara yang pembodohan-pembodohan TC jangka panjang inilah yang harus diberantas. Ayo ketemu dengan klub dan diskusi, Shin Tae Yong juga mengerti kok, kalau TC jangka panjang itu enggak efektif," terangnya.

Bahkan dalam hal ini, Yahya berkaca pada pelatih asal Portugal Mourinho, perihal TC jangka panjang.

"Di seluruh dunia cara itu sudah ditinggalkan, ada namanya masalah pemanggilan pemain di FIFA. Kalau kita lihat kita tau lah, itu bukan rahasia umum, kalau kita lihat cuma sibuk dengan TC-TC nya aja, harusnya Mourinho saat ditawari Timnas Portugal," katanya.

"Dia mengatakan dia masih ingin melatih tiap hari, makanya dia ada di klub. Kalau kamu melatih tiap hari, kamu jadi pelatih klub, jangan jadi pelatih Timnas. Kalau di Timnas itu kamu scouting, terus melatih racikannya seperti apa, kamu gabung orang yang sudah matang di kompetisi, mungkin itu yang paling baik," ujarnya.

Kontributor : Dimas Angga Perkasa

Load More