Scroll untuk membaca artikel
Baehaqi Almutoif
Senin, 10 Juli 2023 | 18:45 WIB
Mayat dalam karung di Kediri. [Beritajatim.com]

SuaraJatim.id - Identitas mayat dalam karung di Kediri terungkap. Hasil identifikasi yang dilakukan polisi mengarah kepada DL (20), perempuan asal Desa Banggle, Kecamatan Ngadiluwih.

DL atau Desy Nurlailatul Khoiriyah sehari-harinya menjaga fotokopi di Desa Dukuh, Kecamatan Ngadiluwih. Korban ditemukan di area persawahan Desa Bulupasar, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, pada Sabtu (8/7/2023).

Kasatreskrim Polres Kediri AKP Rizkika Atmadha Putra mengatakan, terdapat luka pada bagian kepala. Namun, korban meninggal diduga meninggal karena lemas terendam air.

Hasil autopsi, kata Rizkika, korban belum meninggal saat dibungkus dalam karung dan dibuang di saluran irigasi Desa Bulupasar.

Baca Juga: Motif Di Balik Pembunuhan Pria Paruh Baya Di Pademangan, MA Dendam Setahun Dijadikan Budak Seks!

Sementara itu, pihak keluarga menaruh curiga orang dekat dalam kasus kematian Desy. Maryono (73) Kakek dan ibu korban, Sulastri (41) curiga pada sang ayah berinisial SP.

Bukan tanpa alasan, sebab, sampai hari Minggu (9/7/2023) SP menghilang. Maryono menduga menantunya terlibat dalam kematian cucu tersayangnya.

“Kok tego mulosoro anake dewe, ” tuduh Maryono dikutip dari Beritajatim.com, Minggu (9/7/2023).

Tuduhan Maryoto didasarkan pada terakhir kali korban terlihat bersama SP di rumah Maryono, Rabu (5/7/2023) malam.

Mayono tidak menemui cucunya sepulang dari pengajian. Biasanya, Desy telah pulang dari fotokopi dari pukul 20.00 WIB. “Rebo bengi anaknya sudah ndak ada. Rumah sepi dan kamar berantakan, ” kata Maryono.

Baca Juga: Jasad Pria Paruh Baya Tertumpuk Pakaian Di Pademangan Korban Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelaku

Keterangan Maryono mengenai pertemuan SP dengan Desy tersebut juga diperkuat kesaksian anaknya Bahrodin (44) yang tinggal bersebelahan. Bahrodin mendengar suara jeritan dari dalam rumah Maryono malam itu.

Saat malam tersebut, Bahrodin mengira ada kakaknya, Sulastri di dalam rumah. Karena itu dia langsung pergi mengikuti pengajian.

Namun, ternyata Sulastri pada Rabu pagi diantarkan SP ke rumah saudaranya di Blitar untuk takziah. Usai mengatarkan istrinya, sang suami kemudian kembali ke Kediri.

“Sewaktu saya mau berangkat pengajian, mendengar suara jeritan. Saya pikir korban sedang bersama ibunya. Ternyata, ibunya tidak ada di rumah. Ibunya sedang di Blitar,” kata Bahrodin.

Sementara itu, Sulastri mengatakan, terakhir kali bertemu dengan korban di rumah orang tuanya Maryono di Desa Banggle, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri.

Dia mengatakan, sudah kebiasaan Desy pulang ke rumah kakeknya saat istirahat siang. “Saya ketemu pada Hari Rabu siang. Kemudian saya pergi ke Blitar,” kata Sulastri.

Sulastri mengaku diajak suaminya bertakziah ke Blitar. Keesokan harinya, Kamis (6/7/2023) sekitar pukul 07.00 WIB dijemput suaminya.

Suaminya juga meminta tidak perlu mencari anaknya. “Karena sudah bekerja di Lamongan,” kata Sulastri.

Tidak ada curiga, Sulastri percaya dengan perkataan sang suami bahwa anaknya telah bekerja di Lamongan. Suaminya juga pamit pergi ke Lamongan untuk mengantarkan pakaian korban. Namun, memang suaminya terburu-buru pergi dengan menggunakan sepeda motor Honda Beat yang biasa dipakai korban bekerja.

Polisi sampai sekarang belum bisa memastikan siapa pembunuh dari Desy.

Load More