SuaraJatim.id - Perhelatan Piala Dunia U-17 bisa menjadi evaluasi untuk PSSI, terutama kompetisi usia dini.
Direktur Teknik Deltras Akademi, Fakhri Husaini menekankan pentingnya kompetisi usia dini. Gelaran Piala Dunia U-17 2023 bisa menjadi tolak ukur apa yang dibutuhkan sepak bola Indonesia.
"Ini yang sekarang harus menjadi perhatian tinggi dari PSSI, mungkin sekarang ini Piala Dunia U-17 ada di Indonesia, ini jangan hanya untuk menjadi tempat hiburan semata, hanya untuk kebanggaan saja, harusnya ini banyak hal yang harus bisa diambil, banyak hal yang bisa dilakukan, terutama oleh PSSI, tanpa melihat apapun hasilnya yang dicapai oleh coach Bima Sakti," ujarnya, Selasa (14/11/2023).
Menurut Fakhri Husaini, Piala Dunia U-17 di Indonesia membuatnya berpikir pusat-pusat pelatihan sepak bola dikebalikan seperti dulu ke Ragunan.
"Kita pernah punya diklat dan melahirkan begitu banyak pemain-pemain hebat, banyak sekali sumber pemain-pemain di situ, pertanyaan saya sekarang, dikumpulkan di mana? Atau di Ragunan? Saya enggak tau Ragunan masih berfungsi apa tidak sebagai tempat digodoknya pemain bola," ungkapnya.
Fakhri mengungkapkan kompetisi usia dini yang terintegrasi dan berkelanjutan sangat penting untuk menciptakan bibit-bibit sepak bola di masa depan.
"Betapa pentingnya kompetisi sepak bola usia dini yang terintegrasi, yang dikelola dengan baik, dan yang berkelanjutan. Pertanyaan sebenarnya sederhana, mungkin bisa ditanyakan ke Coach Bima, sumber pemain yang didapatkan, yang saat ini dimiliki oleh Coach Bima ini berasal dari mana saja," ungkapnya.
Menurutnya, kompetisi yang berkelanjutan dapat menghasilkan dapat menghasilkan bibit jempolan.
"Kalau kita punya EPA, berapa sumber pemain yang ada di Timnas U-17 ini berasal dari EPA (Elite Pro Academy), dan darimana lagi, ada yang dari Soeratin yang saat ini sedang jalan Jawa Timur, berapa banyak dari Soeratin, di luar itu ada apa enggak sumber-sumber itu," urainya.
Baca Juga: Timnas Indonesia U-17 Punya Peluang Lolos, Fakhri Husaini Ungkap Alasan
"Tidak ada jalan lain, bagi sebuah negara, bagi federasi, untuk memberikan ruang bagi pemain-pemain berbakat, pemain potensial, yang berasal dari Aceh sampai Papua selain kompetisi," imbuhnya.
Namun hingga saat ini, tak ada yang menaungi para pemain potensial, hanya beberapa saja pemain yang sudah tergabung dengan Elite Pro Academy.
"Pertanyaannya, ada enggak selain kompetisi? Ada kompetisi itu, Soeratin ada, EPA ada, tapi kualitas kompetisi kita seperti apa? Kemudian pemain-pemain terbaik di kompetisi itu dikemanakan? Apakah ada tempat untuk menampung pemain-pemain potensial, yang terlihat di Soeratin ataupun EPA," tandasnya.
Kontributor : Dimas Angga Perkasa
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
Terkini
-
Ini Fokus Operasi Zebra Semeru 2025 Polres Situbondo, Truk ODOL Tak Ditindak?
-
Bisa Tambah PAD, DPRD Jatim Minta Pemprov Serius Garap Potensi Pajak Tidur
-
Berangkatkan Gowes Bareng 1.000 Km Ride For Palestine, Gubernur Khofifah Serukan Pesan Perdamaian
-
DPRD Jatim Ingatkan APBD Harus Jadi Anggaran Gotong Royong, Bukan Sekadar Dokumen Teknis
-
Menang Wali Kota New York, Bisakah Zohran Mamdani Jadi Capres AS 2028?