SuaraJatim.id - Harapan tak pernah padam, bahkan saat laut menyimpan rahasianya yang paling kelam. Sabtu pagi yang muram di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, menjadi saksi bisu ungkapan doa dan harapan yang terurai lewat tabur bunga ke Selat Bali.
Keluarga korban kapal tenggelam KMP Tunu Pratama Jaya, Ahmad dan Suryani, datang dengan duka yang dalam. Dari atas dermaga, mereka menaburkan bunga ke laut, berharap gelombang akan membawa kabar baik tentang putra mereka, Bintang Nur Hidayat (28), dan sang menantu, Ely (21), yang sedang hamil lima bulan.
Tabur bunga itu bukan sekadar ritual. Di balik bunga yang jatuh perlahan ke laut, tersimpan permohonan agar ada keajaiban.
“Tentu kami menginginkan ditemukan selamat, namun jika sudah meninggal, kami ingin melihat jasadnya,” ujar Suryani dengan mata berkaca-kaca.
Laut Bali yang tenang seolah menjadi cermin dari kesabaran dan penantian mereka yang panjang.
Suryani menceritakan, pasangan muda itu baru menikah Februari 2025 lalu. Ely tengah mengandung lima bulan, dan memutuskan ikut suaminya, Bintang, mengirim beras ke Bali menggunakan truk Fuso.
“Tak biasanya anak saya mengajak istrinya sejauh ini,” kenangnya.
Namun pada Rabu malam (2/7), keputusan itu menjadi awal dari kabar duka yang mengguncang keluarga.
Pagi harinya, Kamis (3/7), kabar tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya menyebar. Suryani yang mendengar dari saudara, langsung mengecek nomor kendaraan dan memastikan bahwa itu benar truk yang dibawa Bintang. Sejak saat itu, keluarga hanya bisa menunggu dan berdoa.
Baca Juga: Penumpang KM Mutiara Timur Terbakar Sudah Dievakuasi, Alhamdulilah Tak Ada Korban Jiwa
Pencarian terus dilakukan oleh tim SAR gabungan hingga hari ketiga ini. Sejumlah peralatan utama operasi SAR dikerahkan untuk menyisir perairan Selat Bali, tempat kapal tenggelam pada Rabu malam sekitar pukul 23:35 WIB.
Data dari Posko Operasi SAR menyebutkan, dari total 53 penumpang dan 12 kru kapal, sejauh ini 30 orang ditemukan selamat, enam meninggal dunia, dan 29 lainnya masih dalam pencarian.
Sementara waktu terus berjalan, bagi Ahmad dan Suryani, harapan tetap menyala, meski kecil. Laut bisa menenggelamkan kapal, tapi tidak doa-doa para ibu yang menunggu anaknya pulang.
Di dermaga Pelabuhan Ketapang itu, tak hanya bunga yang mereka taburkan, tapi juga kenangan, cinta, dan kerinduan yang mendalam.
Tabur bunga di Selat Bali itu menjadi simbol dari pertempuran batin antara harapan dan kenyataan. Keluarga korban masih menggenggam erat harapan, meski alam belum memberi jawaban.
Selama nama Bintang dan Ely belum disebut sebagai korban ditemukan, doa mereka akan terus melangit, menembus ombak dan gelombang, menembus batas antara hidup dan kehilangan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Pilu Petani Lombok, Ladang Rusak Diterjang Awan Panas Semeru
-
Di Tengah Keriuhan, Relawan Kesehatan Jadi Penopang Pengungsian Erupsi Semeru
-
Cerita Lansia 90 Tahun Saat Mengungsi Akibat Erupsi Gunung Semeru
-
Aktivitas Gunung Semeru Belum Stabil, Awan Panas Masih Mengancam!
-
Pengungsi Erupsi Gunung Semeru Mulai Pulang, BNPB Pastikan Situasi Membaik!