SuaraJatim.id - Masyarakat Jawa Timur digegerkan dengan beberapa kasus perundungan atau bulliying. Mayoritas berada di dunia pendidikan, baik sekolah maupun pesantren.
Anggota Komisi E DPRD Jatim Sri Untari menilai masalah perundungan ini menjadi masalah yang serius kalau dibiarkan.
Untari mengaku telah berkeliling mensosialisasikan mengenai masalah perundungan. "Tiga atau empat bulan lalu saya keliling ke kecamatan-kecamatan mengumpulkan ibu-ibu, ngumpulin ibu-ibu kepala desa. Termasuk di koperasi saya juga untuk memahamkan apa sih bullying itu dan kenapa itu tidak boleh menjadi bagian yang terjadi," katanya, Jumat (15/3/2024).
Menurut Untari, bullying bisa dicegah dari rumah. Karena itu para orang tua memiliki peran untuk mencegah perundungan. Sebab, bullying awalnya justru muncul di dalam keluarga.
"Bullying yang dilakukan orang tua kepada anak-anak (sehingga) minder di rumah gitu kan. Di luar juga terjadi lagi karena tidak terjadi pengawasan yang baik," katanya.
Karena itu, penanaman akhlak dalam keluarga dibutuhkan untuk mencegah perundungan. Seorang anak yang memiliki budi pekerti luhur tidak akan menjelek-jelekkan atau mengejek orang.
Politikus PDI Perjuangan itu pun meminta keluarga menanamkan akhlak yang baik. Sebab, percuma di sekolah dilakukan pencegahan perundungan jika di rumah justru terjadi.
"Dia akan tahu bahwa mengejek itu bagian dari sesuatu yang tidak baik, maka tidak mau kalau mengejek. Tanamkan itu pada jiwanya anak-anak. Tetapi mulai dulu dari orang tuanya, di sekolahnya diajari tapi di rumahnya orang tuanya kalau bicara begitu, ya sama saja," katanya.
"Kalau ini orang tuanya baik sekolahnya baik, lingkungannya jelek, ya balik kembali bullying itu," imbuhnya.
Baca Juga: Link Jadwal Imsakiyah Sepanjang Ramadhan 2024 untuk Malang dan Sekitarnya
Untari sendiri terus berupaya mencegah bullying. Salah satunya dengan membuat semacam rumah peduli anak. Program tersebut telah berjalan di Kabupaten Malang, akan tetapi masih perlu dikembangkan lagi.
"Saya masih bekerja sama dengan DP3A di berbagai kabupaten/kota untuk mengembangkan itu agar terjadi kerja sama yang baik antara konselor, para psikolog, dan kader-kader desa. Kemudian memang baru ada di kurang 12 kecamatan. Nah itu diperbanyak lagi di breakdown di desa-desa," katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
- Siapa Saja 5 Pelatih Tolak Melatih Timnas Indonesia?
- Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
- 5 Pilihan Sunscreen Wardah dengan SPF 50, Efektif Hempas Flek Hitam hingga Jerawat
- Siapa Shio yang Paling Hoki di 5 November 2025? Ini Daftar 6 yang Beruntung
Pilihan
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
-
Menkeu Purbaya Segera Ubah Rp1.000 jadi Rp1, RUU Ditargetkan Selesai 2027
-
Menkeu Purbaya Kaji Popok Bayi, Tisu Basah, Hingga Alat Makan Sekali Pakai Terkena Cukai
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
-
Bisnis Pizza Hut di Ujung Tanduk, Pemilik 'Pusing' Berat Sampai Berniat Melego Saham!
Terkini
-
Kopdes Merah Putih di Jatim Mendapatkan Apresiasi, Pengamat Ungkap Peran Vital Gubernur Khofifah
-
Silaturahim Masyarakat NTT Asal Jatim, Gubernur Khofifah: Guyub Rukun, Perkuat Sinergi Ekonomi
-
4 Link Spesial Jumat Berkah, Saldo DANA Kaget Melimpah! Raih Hingga Rp270 Ribu
-
Jumat Berkah, Hujan Rezeki DANA KagetRp 225 Ribu Siap Diklaim Sebelum Lenyap
-
7 Fakta Mengejutkan Ktut Tantri, Pejuang Bule yang Jadi Suara Perlawanan Surabaya