SuaraJatim.id - Ulama kharismatik asal Banyuwangi, KH Ali Manshur Shiddiq menerima anugerah kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma dari Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta pada Rabu (14/8/2024).
Penghargaan tersebut diberikan kepada putra Kiai Ali Manshur, yakni KH Ahmad Syakir Ali dan Gus Saiful Islam Ali.
Kiai Ali Manshur menerima tanda penghargaan itu atas karyanya Sholawat Badar. Ulama asal Banyuwangi tersebut menciptakan sholawat ini pada Tahun 1962 saat menjabat sebagai ketua Tanfidhiyah NU dan Kepala Departemen Agama Banyuwangi.
Konon, Sholawat Badar digunakan untuk menandingi lagu 'Genjer-Genjer' yang populer juga saat itu.
Mengutip dari laman IAIN Tuban, ada kisah menarik di balik terciptanya Sholawat Badar. Sesaat sebelum Kiai Ali menuliskan syairnya, beliau didatangi orang berjubah putih yang diduga para ahli perang badar di dalam mimpinya.
Cerita tersebut terus turun temurun hingga sekarang. Namun terlepas dari kisah tersebut, Sholawat Badar kemudian menjadi fenomenal di kalangan Nahdliyin dan umat Muslim Indonesia.
Pada Muktamar NU ke-28 di Krapyak, Yogyakarta pada Tahun 1989, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menyampaikan Sholawat Badar diciptakan oleh KH Ali Manshur.
Profil KH Ali Manshur Shiddiq
Kiai Ali Manshur lahir di Jember pada 23 Maret 1921. Dia merupakan putra dari pasangan KH. Manshur bin KH. M. Shiddiq Jember dengan Nyai Shofiyah binti KH. Basyar dari Tuban.
Baca Juga: Apa Itu Gempa Megatrhust? Sejarah dan Potensinya di Jawa Timur
Mengutip dari Laduni.id, Kiai Ali masih termasuk dari keluarga As-Shiddiqi di Jember. Kakeknya bernama KH. M. Shiddiq (Jember) merupakan guru dari ulama-ulama besar, seperti KH. A. Qusyairi, KH. Ahmad Shiddiq, KH. Mahfuzh Shiddiq, KH. A. Hamid Wijaya, KH. Abdul Hamid (Mbah Hamid Pasuruan), KH. Yusuf Muhammad, dan lain sebagainya.
Garis keturunan Kiai Ali pada Pangeran Sayyid M. Syihabuddin Digdoningrat atau Mbah Sambu Lasem bin Aayyid M. Hasyim bin Sayyid Abdurrahman Basyaiban (Sultan Mangkunegara III).
Masa kecilnya Kiai Ali dilalui di Tuban. Kemudian mempelajari ilmu agama di sejumlan pondok pesantren, seperti di Termas Pacitan, Lasem, Lirboyo, hingga ke Tebuireng Jombang.
Sejak kecil, Kiai Ali Manshur dikenal memang hobi bersyair. “Kiai Ali suka ilmu Arrudh (Ilmu Sya’ir), dan belajar ilmu ini di Lirboyo. Ia sering diajak diskusi pengasuh masalah Arrudh. Menurut Gus Dur, Kiai Ali juga pernah belajar di Tebuireng,” ujar putra kedua Kiai Ali, Kiai Syakir Ali dikutip dari laman IAIN Tuban.
Kiai Ali tercatat juga aktif di Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII), Laskar Hizbullah, Dewan Konstituante, NU, Departemen Agama RI dan Majelis Pimpinan Haji (MPH).
Beliau wafat pada 1971 dan dimakamkan di Desa Maibit, Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
Pilihan
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
Terkini
-
Kisah Ibnu, Santri Ponpes Al Khoziny Sidoarjo yang Dikira Hilang Ternyata Selamat
-
Khofifah Tegaskan Profesionalisme Tim DVI dalam Identifikasi Korban Mushalla Ponpes Al Khoziny
-
3 Kunci Utama Untuk Dapatkan DANA Kaget Secepat Kilat di Malam Minggu
-
BRI Tegaskan Komitmen Dukung Asta Cita Lewat Akselerasi KPR FLPP
-
DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu