Scroll untuk membaca artikel
Baehaqi Almutoif
Jum'at, 27 Desember 2024 | 23:16 WIB
Diskusi yang dilakukan oleh Muhammadiyah Jatim soal paduan etika mubaligh. [ist]

SuaraJatim.id - Muhammadiyah mengusulkan adanya panduan etika bagi para mubaligh atau pendakwah untuk menjaga marwah dakwah yang berlandaskan Al-Qur'an dan Sunnah.

Wakil Ketua PWM Jawa Timur Sholihin Fanani mengatakan panduan etika bagi para mubaligh ini penting, karena sudah sangat mendesak.

"Saya kira mendesak panduan etika tersebut karena mubaligh memiliki peran strategis dalam memberikan pencerahan kepada umat," ujar Sholihin Fanani saat diskusi bertajuk Etika Dakwah dalam Menyampaikan Pesan Islam yang digelar Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, Jumat (27/12/2024).

Menurutnya, pendakwah memiliki peran penting sebagai garda terdepan dalam menyampaikan pesan-pesan Islam. Namun, dalam realitasnya tidak sedikit tantangan yang dihadapi.

Baca Juga: Berapa Jumlah Gua di Pacitan? Ternyata Banyak Banget

Beberapa kasus mubaligh atau pendakwah yang tidak menjaga etika, baik dalam penyampaian materi maupun interaksi sosial, menimbulkan persepsi negatif terhadap dakwah Islam.

Karena itu, dia menilai penting para mubaligh memiliki panduan etika untuk menjalankan fungsi dan perannya secara baik.

Sholihin kemudian memberikan beberapa catatan kepada mubaligh agar menjadi teladan dalam sikap dan perilaku, baik di atas mimbar maupun dalam kehidupan sehari-hari.

"Dalam menyampaikan materi, mubaligh harus mengedepankan pendekatan yang santun dan tidak menyinggung pihak lain," katanya.

Selain itu, mubaligh harus menjauhi materi yang bersifat provokatif atau memecah belah, serta mendorong persatuan umat.

Baca Juga: Pengamat Nilai Ada Agenda Atas Pemindahan Dana Muhammadiyah dari BSI

"Ketiga, mubaligh perlu terus meningkatkan kapasitas keilmuan agar materi yang disampaikan memiliki dasar yang kuat dan relevan dengan kebutuhan umat," jelasnya.

Wakil Ketua Majelis Tabligh PWM Jawa Timur, Syamsul Ma'arif menyampaikan panduan etika berdakwah harus menjadi pedoman yang dirancang sesuai dengan nilai-nilai moral, prinsip keislaman, dan konteks sosial budaya.

"Panduan ini bertujuan untuk menjaga integritas, efektivitas, dan dampak positif dari pesan dakwah yang disampaikan oleh para mubaligh," katanya.

Isi panduan etika mubaligh mencakup adab dalam berdakwah. Dalam arti menggunakan bahasa yang santun, tidak memprovokasi, dan tak menyinggung SARA.

"Berdakwah itu harus mencerahkan dan menyampaikan ilmu dengan baik. Berdakwah juga harus menggembirakan," kata Syamsul.

Kemudian mengharuskan mubaligh memahami materi dakwah. Setiap pendakwah wajib memahami konteks lokal dan global untuk memberikan materi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Selain itu ada baiknya memiliki komitmen terhadap nilai-nilai keislaman. Hal itu dibuktikan dengan mengedepankan dakwah yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.

"Saran saya bagi mubaligh, ketahui tiga hal ini, yakni know yourself (kenali diri sebelum mencari kebenaran), know the audience (mengenali siapa yang diajak berbicara), dan know your style (mengenali gaya pribadi untuk mempermudah berdakwah)," ungkapnya.

Syamsul menambahkan, dengan adanya panduan etika ini, juga menjadi langkah strategis untuk menjaga citra Islam yang membawa pencerahan dan kedamaian bagi masyarakat.

"Saya kira panduan ini perlu disosialisasikan melalui pelatihan atau forum diskusi yang melibatkan para mubaligh. Selain itu, evaluasi berkala juga diperlukan untuk memastikan panduan ini tetap relevan dan aplikatif di lapangan," tandasnya.

Kontributor : Dimas Angga Perkasa

Load More