Scroll untuk membaca artikel
Baehaqi Almutoif
Minggu, 05 Januari 2025 | 08:16 WIB
Kondisi plafon SDN Sidodadi, Kecamatan Candi, saat ambrol pada Jumat (3 Desember 2025). [Ist]

SuaraJatim.id - Atap sebuah bangunan seolah dasar (SD) di Sidoarjo ambruk saat jam pelajaran. Akibatnya 7 siswa tertimpa reruntuhan bangunan.

Sekolah yang ambruk tersebut ialah SDN Sidodadi. Peristiwa tersebut terjadi pada Jumat (3/1/2025) pagi.

Saat kejadian pembelajaran baru dimulai. Tidak ada tanda-tanda atap akan ambrol. Namun tiba-tiba, bruk, plafon ambrol menimpa siswa.

Kepala SDN Sidodadi Anita Wanodiya mengatakan, bagian yang ambruk merupakan asbes atap di salah satu kelas. Guru yang sedang mengajar saat langsung sigap mencoba melindungi para siswa dengan tangannya, agar puing asbes tidak menimpa murid.

Baca Juga: Jembatan di Probolinggo Ambrol, Akses Sementara dari Bambu Dibuat Demi Warga

"Sebagian puing-puing tak sampai jatuh mengenai siswa," ujar Anita dikutip dari Ketik.co.id--partner Suara.com, Sabtu (4/1/2025). 

Anita menyebutkan, ada tujuh anak yang tertimpa puing-puing plafon yang ambrol. Mereka langsung dibawa ke puskesmas terdekat untuk mendapatkan perawatan. "Ada tujuh siswa. Lima murid perempuan dan dua laki-laki. Semuanya hanya mengalami pusing. Tidak ada luka terbuka atau memar. Seluruhnya sudah diizinkan pulang saat itu juga," kata Anita.

Ketua Komisi D DPRD Sidoarjo Dhamroni Chudlori yang langsung mendatangi sekolah tersebut prihatin dengan ambruknya plafon di salah satu ruang kelas. Dia berjanji agar segera ada perbaikan dari pemkab.

"Kami berusaha membantu agar segera ada perbaikan. Komisi D berharap Pak Plt Bupati mau mengalokasikan anggaran BTT (belanja tak terduga) untuk memperbaikinya," katanya.

Dhamroni Chudlori mengungkapkan plafon ambrol karena kurangnya stud untuk penariknya ke atas. Mestinya ruang kelas standard itu membutuhkan minimal lima, sedangkan yang dipakai di kelas tersebut hanya tiga. 

Baca Juga: Sial Tak Ada di Kalender! Maling Motor di Sidoarjo Tertangkap Massa Usai Berhasil Lolos

Akibatnya, konstruksi atap tidak kuat menahan beban. Apalagi, ada plafon atap yang bocor. Air hujan menambah berat beban. Plafon jadi lapuk dan cepat rusak.

"Saya liat, stud kurang. Sebagian hanya diikat kawat sehingga tidak kuat. Padahal, bangunan ini tahun 2017," kata Dhamroni.

Pihaknya mengimbau kepada sekolah untuk mengecek plafon lainnya. "Demi  menghindari plafon ambrol. Apalagi sekarang musim hujan. Jika plafon tidak standard dan dikerjakan oleh kontraktor yang sama, maka konstruksinya juga harus dicek juga. Demi keselamatan anak-anak kita," ungkapnya.

Load More