SuaraJatim.id - Anggota DPRD Provinsi Jawa Timur, dr. Benjamin Kristianto meminta Badan Penjamin Jaminan Sosial atau BPJS Kesehatan untuk tidak kaku dalam penanganan pasien.
Dia menyoroti kebijakan BPJS Kesehatan yang hanya melayani 144 jenis penyakit di fasilitas kesehatan tingkat pertama (faskes 1).
Menurutnya, kebijakan tersebut akan membatasi masyarakat untuk mengakses perawatan di rumah sakit besar. "Jika ada kondisi gawat darurat, meskipun penyakit tersebut terdaftar dalam kategori 144 penyakit, pasien harus tetap bisa dirawat di rumah sakit besar tanpa harus menunggu rujukan dari faskes tingkat pertama," ujarnya.
Dokter Beny berharap BPJS Kesehatan bisa lebih fleksible dalam membantu masyarakat berobat.
Selain penanganan terhadap beberapa penyakit, Beny juga meminta BPJS Kesehatan memaksimalkan sosialisasi tentang layanan yang bisa didapatkan. Sehingga mereka tidak merasa kebingungan.
Politikus Partai Gerindra itu juga meminta agar BPJS Kesehatan melakukan standarisasi terhadap verifikator di rumah sakit dan klinik, sehingga keputusan medis yang diambil bisa lebih cepat dan tepat.
"Diharapkan ada verifikator dari BPJS yang standby di rumah sakit untuk menangani kasus-kasus darurat. Ini akan mempercepat proses penanganan pasien yang membutuhkan perawatan serius," kata dia.
Beny mendukung pemerintahan Prabowo Subianto yang menyediakan layanan cek kesehatan gratis untuk masyarakat. Tentunya ini dapat mencegah kardiovaskuler dan penyakit tidak menular lainnya.
"Skrining kesehatan, cek kesehatan gratis, adalah upaya yang sangat penting bagi seluruh anggota masyarakat di setiap siklus hidup mereka. Ini adalah bagian dari visi Presiden untuk memastikan masyarakat Indonesia tetap sehat. Cara pandang Presiden terhadap kesehatan bukan hanya mengobati orang sakit, tetapi lebih kepada upaya promotif dan preventif yang jauh lebih penting dibandingkan kuratif," kata anggota Komisi E DPRD Jatim tersebut.
Baca Juga: Pj. Gubernur Jatim Ajak Masyarakat Manfaatkan Cek Kesehatan Gratis, Kado Ultah dari Negara
Selama ini, penyakit semacam jantung, stroke, dan diabetes masih banyak diderita. Kebijakan cek kesehatan gratis membantu mendeteksinya serta mengurangi risiko kematian.
Sistem kesehatan di Indonesia selama ini terlalu fokus pada pengobatan (kuratif), padahal pencegahan (preventif) juga menjadi kunci dalam mencegah kematian.
Data menunjukkan setidaknya ada 15 kematian akibat dari penyakit-penyakit yang tergolong tidak menular tersebut.
"Jika penyakit sudah ada, dampaknya bisa sangat serius. Misalnya, diabetes bisa berkembang menjadi stroke yang menyebabkan kelumpuhan. Pencegahan sedari dini dengan medical check-up bisa menghindarkan masyarakat dari komplikasi tersebut," ungkapnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Dipantau Alex Pastoor, 3 Pemain Timnas Indonesia U-23 yang Layak Dipanggil ke Senior
- 43 Kode Redeem FF Terbaru 18 Juli: Klaim Hadiah Squid Game, Outfit, dan Diamond
- Erika Carlina Bikin Geger, Akui Hamil 9 Bulan di Luar Nikah: Ini Kesalahan Terbesarku
- 7 Pilihan Tablet dengan SIM Card untuk Kuliah, Spesifikasi Mumpuni Harga Cuma Rp 1 Jutaan
- 8 Mantan Pacar Erika Carlina yang Hamil di Luar Nikah, Siapa Sosok Ayah Sang Anak?
Pilihan
-
Pemain Keturunan Liga Belgia Bicara Jujur, Pilih Dilatih Eks Korsel Dibanding Patrick Kluivert
-
3 Rekomendasi HP Samsung Rp 3 Jutaan RAM 8 GB Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Juli 2025
-
3 Sepatu Lari Adidas Murah yang Sering Diskon, Performa Juara Cocok buat Pemula
-
4 Rekomendasi HP Infinix Rp 2 Jutaan RAM 8 GB Memori 256 GB, Performa Handal Terbaik Juli 2025
-
Mau Jinakkan Timnas U-23 di GBK, Pemain Malaysia Diminta Tutup Kuping
Terkini
-
Tinjau Koperasi Merah Putih Mojokerto, Gubernur Khofifah: Kemitraan dengan UMKM, Bukan Kompetisi
-
UINSA Didorong Jadi Cahaya Bank Syariah, Khofifah: Prodi Islamic Finance Harus Jadi Referensi!
-
Gubernur Khofifah Gandeng Bulog: Wujudkan Koperasi Desa Merah Putih Jadi Kekuatan Ekonomi Riil!
-
9 Kekuatan Spiritual Pemilik Tanda M di Telapak Tangan
-
Hindari 5 Kesalahan Ini! Trik Jitu Menata Interior Agar Rumah Tidak Sempit