- Sarung sudah dikenal sejak abad ke-14, dibawa pedagang Arab, kini jadi simbol kesederhanaan santri.
- Bagi santri, sarung bukan sekadar kain, tapi identitas, adab, dan simbol kesetaraan di pesantren.
- Dari masjid hingga rumah, sarung hadir sebagai lambang kesopanan, kebersamaan, dan budaya bangsa.
SuaraJatim.id - Kalau ada benda yang bisa disebut “seragam tidak resmi orang Indonesia,” jawabannya pasti sarung. Dari masjid, warung kopi, hingga pondok pesantren, sarung selalu punya tempat istimewa.
Ia bisa jadi pakaian ibadah, selimut tidur, bahkan simbol kesopanan dan kesederhanaan.
Buat santri, sarung bukan cuma kain. Ia adalah identitas dan kebanggaan.
Tapi pernah kepikiran nggak, dari mana asal sarung dan bagaimana bisa melekat kuat dalam budaya terutama di kalangan santri? Yuk, kita bahas tujuh faktanya.
1. Sudah Ada Sejak Abad ke-14
Sarung bukan kain baru dalam sejarah Nusantara. Catatan menunjukkan bahwa kain panjang ini sudah dikenal sejak abad ke-14, dibawa oleh pedagang Arab dan Gujarat melalui jalur perdagangan laut.
Pada awalnya, sarung berfungsi sebagai penanda status sosial. Kain yang halus dan motif yang rumit menunjukkan kedudukan tinggi seseorang. Namun seiring waktu, fungsi itu berubah. Di wilayah pesisir tempat para ulama dan santri banyak bermukim, sarung justru menjadi simbol kesederhanaan dan kesalehan.
2. Menyatu dengan Budaya Lokal
Saat pertama kali masuk ke Nusantara, sarung langsung diterima masyarakat karena bentuknya mirip dengan kain panjang yang sudah lama digunakan.
Baca Juga: Dua Santri Masih Hidup di Bawah Reruntuhan Pesantren Al-Khoziny: Tim SAR Berpacu dengan Waktu
Masyarakat Indonesia sudah akrab dengan kain tradisional seperti jarik dan kemben, sehingga sarung terasa alami untuk dikenakan. Setiap daerah kemudian memberi sentuhan khas.
Di Jawa muncul sarung batik dan kotak-kotak. Di Bugis sarung berwarna cerah. Di Bali sarung dipakai untuk upacara adat, sedangkan di Maluku dan Nusa Tenggara sarung menjadi bagian dari identitas budaya.
Di pesantren, sarung menjadi pakaian utama para santri. Ia bukan hanya penutup tubuh, tetapi juga simbol adab dan penghormatan terhadap ilmu.
3. Pakaian Santri yang Menjadi Identitas
Santri dan sarung adalah dua hal yang sulit dipisahkan. Pemandangan santri bersarung, bersandal jepit, dan membawa kitab kuning menjadi ciri khas pesantren di seluruh Indonesia. Sarung bukan sekadar pakaian ibadah, melainkan simbol kesetaraan. Semua santri mengenakannya tanpa memandang asal atau latar belakang keluarga. Sarung mengajarkan nilai kesederhanaan, kedisiplinan, dan rasa hormat kepada guru.
Dalam kehidupan pesantren, pakaian ini menjadi bentuk kesadaran bahwa kemuliaan seseorang bukan diukur dari kemewahan pakaian, melainkan dari akhlak dan ilmu yang dimiliki.
4. Serba Guna dan Praktis
Keunggulan utama sarung adalah kepraktisannya. Untuk salat, sarung tinggal dipakai. Untuk tidur, bisa langsung dijadikan selimut. Saat mengaji, sarung memberi kenyamanan saat duduk bersila di serambi pesantren. Bahkan ketika santri bermain bola di halaman pondok, sarung bisa dilipat menjadi celana dadakan.
Di banyak pondok, sarung juga jadi barang multifungsi. Kadang dijadikan tirai, alas tidur, atau gendongan untuk membawa barang. Kepraktisan ini membuat sarung selalu menjadi bagian dari keseharian santri di mana pun berada.
5. Punya Nilai Sakral dan Nasional
Di balik fungsinya yang sederhana, sarung memiliki nilai sakral. Dalam berbagai tradisi Nusantara, sarung digunakan pada acara adat, pernikahan, pengajian, dan kegiatan keagamaan.
Banyak tokoh bangsa, dari ulama hingga presiden, mengenakan sarung dengan bangga. Pakaian ini menjadi lambang penghormatan terhadap akar budaya sekaligus kesalehan pribadi.
Sejak tahun 2019, Indonesia menetapkan tanggal 3 Maret sebagai Hari Sarung Nasional. Peringatan ini menjadi pengingat bahwa sarung bukan hanya pakaian, tetapi bagian dari jati diri bangsa, dengan para santri sebagai penjaga tradisinya.
6. Gaya Pakai yang Beragam
Sarung punya gaya pemakaian yang beragam, tergantung pada kebutuhan dan kebiasaan. Ada gaya rapi untuk ke masjid, gaya tinggi untuk bermain bola, dan gaya longgar ala bapak-bapak saat santai sore. Di pesantren, santri punya cara khas: sarung dilipat dengan simpul di depan agar tetap sopan dan mudah bergerak.
Kadang terjadi juga hal lucu: sarung melorot saat sedang berjalan atau mengaji. Namun semua itu menjadi bagian dari cerita keseharian yang hangat. Di balik gaya sederhana itu tersimpan makna kedisiplinan, kerapian, dan rasa hormat terhadap lingkungan sekitar.
7. Lambang Kehangatan dan Kebersamaan
Sarung juga menggambarkan kehangatan hubungan antar manusia. Banyak momen kebersamaan dalam budaya Indonesia yang tidak lepas dari sarung. Di pesantren, santri duduk bersarung bersama saat mengaji malam hari.
Pagi hari, sarung yang sama dipakai lagi untuk belajar atau membantu kegiatan pondok.
Di rumah, ayah duduk bersarung sambil menyeruput kopi, anak-anak bermain petak umpet dengan sarung sebagai alat sembunyi, dan kakek duduk di teras menikmati sore.
Semua menggambarkan rasa nyaman yang sederhana namun tulus. Sarung menjadi simbol kebersamaan lintas generasi dan lapisan masyarakat.
Sarung bukan sekadar kain panjang, melainkan warisan budaya yang sarat makna. Ia menyatukan sejarah, kesalehan, dan kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.
Bagi para santri, sarung adalah simbol identitas, kesopanan, dan semangat menuntut ilmu. Selama sarung masih dipakai di pesantren, rumah, dan masjid, nilai-nilai kesederhanaan dan kebersamaan akan terus hidup.
Dari selembar kain inilah, karakter bangsa yang santun dan berakar kuat tumbuh dan bertahan hingga kini.
Kontributor : Dinar Oktarini
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Elkan Baggott, Belum Kering Tangis Timnas Indonesia
- Pondok Pesantren Lirboyo Disorot Usai Kasus Trans 7, Ini Deretan Tokoh Jebolannya
- Pengamat Pendidikan Sebut Keputusan Gubernur Banten Nonaktifkan Kepsek SMAN 1 Cimarga 'Blunder'
- Biodata dan Pendidikan Gubernur Banten: Nonaktifkan Kepsek SMA 1 Cimarga usai Pukul Siswa Perokok
- Apa Acara Trans7 yang Diduga Lecehkan Pesantren Lirboyo? Berujung Tagar Boikot di Medsos
Pilihan
-
Asus Hadirkan Revolusi Gaming Genggam Lewat ROG Xbox Ally, Sudah Bisa Dibeli Sekarang!
-
IHSG Rebound Fantastis di Sesi Pertama 16 Oktober 2025, Tembus Level 8.125
-
Dipecat PSSI, Ini 3 Pekerjaan Baru yang Cocok untuk Patrick Kluivert
-
4 Fakta Radiasi Cs-137 PT PMT Cikande: Pemilik Diduga WNA Kabur ke Luar Negeri?
-
Harga Emas Melonjak! Antam Tembus Level Rp 2.622.000 di Pegadaian, UBS Ikut Naik
Terkini
-
Jadwal Pekan 9 Super League 2025/26: Bigmatch Persebaya Lawan Persija
-
Lewat Kredit Program Perumahan, BRI Wujudkan Gotong Royong Bangun Rumah Rakyat dan Kurangi Backlog
-
BRI Torehkan 43 Medali di TBCCI 2025, Komitmen Tingkatkan Pengalaman Nasabah Kian Nyata
-
5 Rahasia Kalimat Kun Fayakun dalam Surah Yasin yang Menggetarkan Hati
-
Dijuluki Jantung Al-Quran, Ini 6 Keistimewaan Surat Yasin yang Wajib Diketahui