Budi Arista Romadhoni
Senin, 20 Oktober 2025 | 09:17 WIB
Ilustrasi berdoa saat cuaca panas. [Freepik.com/EyeEM]
Baca 10 detik
  • Gus Baha kisahkan doa Nabi Idris yang penuh empati kepada malaikat pembawa matahari di cuaca terik.
  • Doa tulus Nabi Idris meringankan beban alam, ajarkan manusia berempati dan berdoa bagi keseimbangan bumi.
  • Kisah ini ingatkan bahwa cinta sejati tampak lewat doa dan kepedulian, bukan hanya demi kenyamanan diri.

SuaraJatim.id - Beberapa waktu terakhir, Indonesia dan banyak negara lain dilanda cuaca panas ekstrem. Suhu di siang hari bisa menembus lebih dari 35 derajat Celsius.

Jalanan berdebu, udara kering, dan panas terasa menyengat sampai ke dalam rumah. Tak sedikit orang yang mengeluh kelelahan, dehidrasi, hingga sulit tidur karena hawa gerah yang tak kunjung reda.

Dalam situasi seperti ini, ceramah Gus Baha tentang doa Nabi Idris AS kepada malaikat pembawa matahari terasa begitu relevan.

Kisah yang beliau sampaikan bukan hanya pengingat tentang keajaiban seorang nabi, tapi juga mengajarkan empati dan doa di tengah ujian alam yang berat.

Berikut lima makna mendalam dari kisah itu yang bisa kita renungkan di tengah cuaca panas ekstrem hari-hari ini.

1. Nabi Idris Merasakan Beban Makhluk Lain, Bukan Hanya Dirinya

Dalam ceramahnya, Gus Baha menjelaskan bahwa Nabi Idris memiliki hati yang lembut dan penuh kasih. Ia menyadari bahwa setiap makhluk Allah, termasuk malaikat yang membawa matahari, memiliki tugas berat yang tak terlihat.

Ketika melihat panas matahari begitu terik, Nabi Idris berdoa, “Ya Allah, atas nama Nabi-Mu dan kekasih-Mu, ringankanlah beban malaikat pembawa matahari.”

Doa ini bukan karena Nabi Idris ingin cuaca sejuk untuk dirinya, melainkan karena ia merasa kasihan kepada malaikat yang memikul tugas besar itu setiap hari.

Baca Juga: Gubernur Khofifah Beri Penghargaan bagi 604 Pendonor Darah Sukarela 75 Kali

Di tengah suhu yang semakin tinggi sekarang, kita pun bisa belajar dari empati ini. Jangan hanya fokus pada ketidaknyamanan sendiri, tapi juga lihat bagaimana bumi, hewan, bahkan petani yang bekerja di bawah terik matahari, turut merasakan beban yang sama.

2. Doa Tulus Dapat Mengubah Takdir Alam

Setelah Nabi Idris berdoa, malaikat yang mengatur matahari merasa tugasnya lebih ringan dari biasanya. Ia bertanya kepada Allah, dan ternyata, keringanan itu datang karena doa Nabi Idris.

Kisah ini mengajarkan bahwa doa yang tulus bisa memengaruhi keseimbangan alam semesta. Dalam konteks masa kini, ketika perubahan iklim dan panas ekstrem semakin sering terjadi, doa menjadi bentuk kepasrahan dan kepedulian manusia terhadap ciptaan Allah.

Gus Baha sering mengatakan bahwa doa orang saleh bisa menahan bala. Maka, di saat banyak orang mengeluh soal panas, mungkin kita perlu lebih sering memanjatkan doa, bukan sekadar meminta kesejukan bagi diri sendiri, tapi juga agar bumi diberi rahmat dan keseimbangan kembali.

3. Empati dan Doa Bisa Mengangkat Derajat

Setelah kejadian itu, Allah memuliakan Nabi Idris dan mengangkatnya ke tempat yang tinggi. Kemuliaan itu bukan karena amal besar atau kekuatan fisik, melainkan karena doa yang lahir dari kasih dan empati.

Gus Baha menekankan bahwa Allah sangat menghargai doa yang tulus untuk makhluk lain. Dari sinilah Nabi Idris diberi kedudukan tinggi. Artinya, setiap orang bisa menjadi mulia di sisi Allah bukan karena harta atau jabatan, tapi karena ketulusan hatinya mendoakan yang lain.

Di tengah panas ekstrem ini, mungkin kita tidak bisa banyak membantu orang lain secara fisik, tetapi doa yang kita panjatkan dengan ikhlas bisa menjadi bentuk kepedulian yang bernilai di sisi Allah.

4. Semua Makhluk Sedang Diuji, Termasuk Alam dan Manusia

Malaikat pembawa matahari pun pernah merasakan berat dalam menjalankan tugasnya, apalagi manusia. Kisah ini memberi pesan penting bahwa setiap makhluk Allah sedang menanggung ujiannya masing-masing.

Cuaca panas ekstrem yang kita rasakan hari ini adalah bagian dari ujian alam. Bumi menanggung akibat ulah manusia, dan manusia kini merasakan dampaknya. Namun, sebagaimana malaikat tidak pernah mengeluh, kita pun diminta untuk bersabar, beradaptasi, dan tetap berbuat baik.

Menurut Gus Baha, salah satu cara menghadapi ujian besar adalah dengan menghadirkan rasa syukur di tengah kesulitan. Nabi Idris tidak mengeluh tentang panas, tapi berdoa agar makhluk lain diberi keringanan. Ini adalah bentuk ibadah yang luhur: melihat ujian, tapi tetap menebar kasih.

5. Doa Adalah Bentuk Cinta yang Tak Terlihat

Kisah Nabi Idris memperlihatkan bahwa doa tidak hanya permohonan, tapi juga wujud kasih sayang yang paling tulus. Ia tahu bahwa tidak bisa membantu malaikat secara langsung, namun dengan doa, ia bisa meringankan tugas sang malaikat pembawa matahari.

Gus Baha menjelaskan, “Doa itu bukti cinta yang paling ikhlas. Kamu tidak bisa membantu secara langsung, tapi kamu tetap ingin yang lain bahagia.”

Ketika suhu bumi meningkat dan banyak orang menderita karena cuaca ekstrem, mungkin yang bisa kita lakukan hanyalah berdoa. Tapi doa yang tulus tidak pernah kecil nilainya. Ia bisa menjadi penenang hati, pembuka rahmat, dan pengingat bahwa manusia tetap bergantung pada kasih sayang Allah.

Cuaca panas ekstrem mengingatkan kita betapa kecilnya manusia di hadapan ciptaan Allah. Kita bisa memasang AC, menyalakan kipas, atau berteduh, tapi bumi tetap memanas jika tak ada keseimbangan. Di sinilah doa Nabi Idris menjadi cermin yang menyejukkan.

Doa yang ia panjatkan bukan untuk kenyamanannya sendiri, tapi untuk makhluk lain yang sedang memikul tugas berat.

Dari kisah itu, kita belajar bahwa dunia menjadi lebih sejuk bukan karena teknologi, tapi karena hati yang saling peduli.

Ketika kita melihat terik matahari hari ini, mungkin sudah saatnya bukan hanya berkata “panas sekali”, tapi menunduk sejenak dan berkata, “Ya Allah, ringankan beban bumi dan makhluk-makhluk-Mu, sebagaimana Engkau telah meringankan malaikat pembawa matahari karena doa Nabi Idris."

Kontributor : Dinar Oktarini

Load More