- Jenderal A.W.S. Mallaby, perwira Inggris humanis, tewas tragis di Surabaya akibat konflik memanas.
- Kematian Mallaby pada 30 Oktober 1945 memicu serangan besar Inggris pada 10 November di Surabaya.
- Tragedi ini menguatkan semangat Resolusi Jihad dan meneguhkan Surabaya sebagai simbol keberanian bangsa.
SuaraJatim.id - Nama Jenderal A. W. S. Mallaby selalu muncul ketika sejarah Pertempuran Surabaya dipelajari.
Di balik dahsyatnya perang 10 November 1945 yang disebut sebagai salah satu pertempuran kota paling brutal setelah Perang Dunia II, terdapat rangkaian peristiwa yang dipicu oleh kematian seorang perwira Inggris yang dikenal tenang, humanis, dan sebenarnya enggan memulai konflik.
Artikel ini merangkum tujuh poin penting mengenai sosok Mallaby dan bagaimana detik detik kematiannya memicu pertempuran besar yang kemudian dikukuhkan oleh Resolusi Jihad 22 Oktober 1945.
1. Siapa Jenderal Mallaby, Perwira Inggris yang Didatangkan ke Surabaya
Albertine Walter Shorten Mallaby bukan sembarang perwira. Ia adalah salah satu komandan operasi berpengalaman dari kampanye Burma.
Setelah Perang Dunia II selesai, ia dikirim ke Indonesia sebagai pemimpin Brigade Infanteri India ke 49 di bawah komando Inggris. Pasukan yang dibawanya adalah Indian Army yang berisi prajurit India keturunan Maratha.
Mallaby dilantik kembali sebagai brigadir demi memimpin satu brigade penuh. Dari catatan transkrip, ia sendiri tidak menyangka bahwa tugas di Indonesia akan jauh lebih berbahaya dibandingkan pertempuran melawan Jepang.
Ia datang dengan misi melucuti tentara Jepang dan membebaskan tawanan perang Eropa, termasuk Belanda.
2. Situasi Surabaya Sudah Membara Sebelum Mallaby Mendarat
Baca Juga: ISTTS Jadi yang Pertama di Jawa Timur Gelar Workshop AI Nvidia, Apa yang Dipelajari?
Ketika pesawat Mallaby tiba di Surabaya pada 25 Oktober 1945, kota ini sudah panas. Para pemuda telah mengambil senjata Jepang dan mengorganisir pos pos pertahanan.
Ultimatum sepihak dari Inggris yang dilemparkan melalui pamflet dari pesawat justru memicu kemarahan rakyat.
Dalam surat pribadi Mallaby kepada istrinya, ia menyebut pamflet itu sebagai tamparan memalukan karena ia tidak diberi kesempatan membaca isi ultimatum sebelum disebarkan.
Akibatnya, Mallaby datang dalam keadaan serba salah. Ia harus mengamankan tawanan Belanda, namun di sisi lain rakyat Surabaya menganggap Inggris hendak mengembalikan penjajahan.
3. Pertempuran Surabaya Meletus 28 sampai 30 Oktober
Ketegangan berubah menjadi pertempuran terbuka selama tiga hari. Transkrip menyebut Letkol Doltan menggambarkan hari hari itu sebagai neraka.
Setiap pos tentara Inggris India yang terkepung dihancurkan para pejuang Republik yang terdiri dari pemuda, pasukan rakyat, laskar, hingga BKR.
Sumber Indonesia menyebut Brigade 49 terdesak hebat dan hampir hancur total. Kondisi ini membuat pimpinan Inggris di Jakarta mendesak diadakannya perundingan.
Presiden Soekarno, Wakil Presiden Hatta, dan Jenderal Sudirman pun diterbangkan ke Surabaya untuk meredakan keadaan.
4. Misi Perdamaian 30 Oktober: Mallaby Turun ke Jalan Bersama Tokoh Indonesia
Dalam rangka meredakan konflik, dibentuklah Biro Khusus sebagai penghubung antara Inggris dan pihak Indonesia. Mallaby ikut dalam misi keliling kota bersama tokoh tokoh Surabaya seperti Gubernur Suryo, Mangkudiprojo, Dul Arnawo, dan lainnya.
Momen penting terjadi ketika rombongan berhenti di Gedung Internatio dekat Jembatan Merah. Kerumunan rakyat yang sudah frustasi dan tidak percaya pada diplomasi mulai menutup jalan dan mengejar rombongan.
Mallaby sempat duduk di kap mesin mobil bersama Dul Arnawo sebelum situasi semakin kacau.
5. Detik Detik Menegangkan Menjelang Kematian Mallaby
Mallaby berada di luar mobil ketika pistolnya direbut massa. Ia hendak memasuki Gedung Internatio, tetapi dihalangi rakyat. Ketegangan meningkat saat suara tembakan terdengar.
Tidak ada satu pihak pun yang bisa memastikan siapa yang pertama kali menembak.
Di dalam gedung, Mangkudiprojo melihat tentara Inggris mempersiapkan mortar. Sementara di luar, perwira Inggris panik karena Mallaby terjebak di tengah massa.
Mayor Venuka Gopal memerintahkan prajuritnya melempar granat ke arah kerumunan dengan tujuan membuyarkan massa agar Mallaby bisa dievakuasi.
Granat itu sukses menghalau kerumunan, tetapi situasi semakin tidak terkendali. Mallaby dan beberapa perwira memilih berlindung di dalam mobil.
Ketika tembakan mereda, Mallaby mengintip keluar untuk memantau keadaan. Saat itulah seorang pemuda tidak dikenal mendekat dan menembak Mallaby dari jarak dekat.
Kapten R. C. Smith membalas dengan melempar granat ke arah si penembak. Nasib pemuda itu tidak pernah diketahui secara pasti.
6. Dampak Kematian Mallaby: Inggris Bersumpah Membalas
Menurut transkrip, perwira Inggris yang mengetahui kematian Mallaby langsung menyampaikan ancaman balasan militer dari darat, laut, dan udara. Kematian seorang jenderal yang dihormati itu dianggap pukulan memalukan bagi Inggris setelah Perang Dunia II.
Pengungkapan ini sangat penting karena menjadi pemicu utama operasi besar yang dimulai pada 10 November 1945, di mana Inggris menyerang Surabaya secara total.
7. Kematian Mallaby dan Hubungannya dengan Hari Pahlawan serta Resolusi Jihad
Kematian Jenderal Mallaby tidak berdiri sendiri. Ia menjadi katalis yang mempercepat pecahnya pertempuran 10 November yang kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan. Namun konteks penting lainnya adalah Resolusi Jihad yang dikeluarkan KH Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945.
Resolusi tersebut menegaskan bahwa membela kemerdekaan Indonesia adalah kewajiban, dan bahwa umat Islam wajib mempertahankan tanah air dari upaya penjajahan. Seruan inilah yang menggerakkan puluhan ribu pemuda Surabaya untuk bertempur habis habisan.
Kematian Mallaby di titik panas Jembatan Merah menjadi pemicu perang terbuka, tetapi tekad rakyat Surabaya telah terbentuk jauh sebelumnya melalui resolusi para ulama. Semangat ini yang membuat Surabaya dijuluki Kota Pahlawan.
Kematian Jenderal Mallaby bukan hanya peristiwa tragis, tetapi sebuah momen yang mengubah arah sejarah Indonesia. Pertempuran besar 10 November yang lahir setelahnya telah menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia dipertahankan melalui keberanian, pengorbanan, dan keyakinan bahwa kedaulatan tidak boleh direnggut kembali.
Kontributor : Dinar Oktarini
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Siapa Saja 5 Pelatih Tolak Melatih Timnas Indonesia?
- 7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
- Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
- 5 Pilihan Sunscreen Wardah dengan SPF 50, Efektif Hempas Flek Hitam hingga Jerawat
- 5 Body Lotion Mengandung SPF 50 untuk Mencerahkan, Cocok untuk Yang Sering Keluar Rumah
Pilihan
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
-
Menkeu Purbaya Segera Ubah Rp1.000 jadi Rp1, RUU Ditargetkan Selesai 2027
-
Menkeu Purbaya Kaji Popok Bayi, Tisu Basah, Hingga Alat Makan Sekali Pakai Terkena Cukai
-
Comeback Dramatis! Persib Bandung Jungkalkan Selangor FC di Malaysia
-
Bisnis Pizza Hut di Ujung Tanduk, Pemilik 'Pusing' Berat Sampai Berniat Melego Saham!
Terkini
-
7 Fakta Penting Jenderal Mallaby dan Detik Detik yang Memicu Pertempuran 10 November
-
Viral! SPPG Kencong Kediri Bagi-bagi Jumat Berkah dengan Tempel Uang di Tray MBG
-
OTT KPK: Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko dan 6 Orang Lain Dibawa ke Jakarta
-
Gara-gara Mutasi Jabatan, Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko Terjaring OTT KPK
-
Kopdes Merah Putih di Jatim Mendapatkan Apresiasi, Pengamat Ungkap Peran Vital Gubernur Khofifah