Riki Chandra
Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:53 WIB
Patung Macan putih di Desa Balongjeruk, Kecamatan Kunjang, Kabupaten Kediri, Jawa Timur (Jatim). [Dok. BeritaJatim]
Baca 10 detik
  • Patung Macan Putih Balongjeruk viral akibat bentuk unik menuai komentar warganet.
  • Kades Balongjeruk tegaskan patung tidak gunakan dana desa.
  • Patung Macan Putih Balongjeruk akan diganti desain lebih estetik.

SuaraJatim.id - Penampakan patung Macan putih di Desa Balongjeruk, Kecamatan Kunjang, Kabupaten Kediri, Jawa Timur (Jatim), bikin heboh dan viral di media sosial.

Bentuk patung yang dinilai tak menyerupai harimau memicu beragam reaksi. Ada yang memberikan kritik dan ada pula yang mengomentari sembari bercanda.

Patung Macan putih yang berada di perbatasan Kediri–Jombang itu digadang-gadang sebagai ikon desa. Ramainya perbincangan di dunia maya membuat banyak pihak mempertanyakan latar belakang pembuatannya, termasuk sumber pendanaan patung tersebut.

Kepala Desa Balongjeruk, Safii’i, menjelaskan bahwa pembuatan patung berawal dari inisiatif warga untuk mengangkat kembali legenda desa tersebut.

Menurutnya, kisah tentang macan putih sudah lama hidup dalam cerita para tokoh agama, tokoh masyarakat, hingga perangkat desa setempat.

“Desa Balongjeruk itu ada seorang tokoh agama, juga tokoh masyarakat, juga perangkat desa yang namanya Mbah Maskam itu sering cerita bahwasanya di Desa Balongjeruk itu yang momong atau mungkin kalau zaman dulu itu bisa dikatakan itu adalah pawang atau danyang. Itu katanya macan putih, gitu. Juga beberapa tokoh masyarakat juga mengatakan orang-orang yang dulu itu juga mengatakan seperti itu, bahwa bahkan, kepala desa yang kurang lebih periode tahun 98-an, itu juga bercerita bahkan sering ketemu macan putih,” katanya, dikutip dari BeritaJatim, Sabtu (27/12/2025).

Safii’i menegaskan, pembangunan patung tersebut sama sekali tidak menggunakan dana desa. “Ya, tapi dengan semuanya itu tidak ada keterkaitannya dengan dana desa. Murni hak itu pribadi saya dengan nominal dana Rp 3,5 juta yang Rp 2 juta itu untuk pemborong pembuat patung dan telapaknya, yang Rp1,5 juta untuk material bahannya,” tegasnya.

Ia juga menyampaikan permohonan maaf apabila patung Macan Putih Balongjeruk menimbulkan kegaduhan di masyarakat.

“Itu yang bisa saya sampaikan dan saya mohon maaf seandainya pembuatan patung ini juga membuat gaduh atau di dunia maya saling apa ya? Eh, memberikan komentar, tapi saya selaku kepala desa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas semua atensi, atas komentar, atas pendapat dan saya tetap mengharapkan sangat,” tuturnya.

Safii’i memastikan patung tersebut akan diganti dengan desain baru yang lebih estetik dan menyerupai karakter macan sesungguhnya. Pemesanan patung pengganti telah dilakukan kepada perajin di wilayah Ngadiluwih dengan ukuran panjang 1,5 meter dan tinggi 1 meter.

“Intinya kemarin sudah kesepakatan dengan harga Rp 2,5 juta ini ambil sendiri di Ngadiluwih. Soalnya saya DP Rp 500 ribu dengan perjanjian apabila tidak sesuai dengan ekspektasi 90 persen, itu tidak jadi,” terangnya.

Sementara itu, pemerhati masyarakat sekaligus pimpinan LSM di Kediri, Khairul Anam, turut menanggapi patung Macan putih Balongjeruk. Ia menilai ide pembuatan patung sebagai simbol legenda desa bersifat positif, meski mengkritisi aspek eksekusinya.

“Sudah saya sampaikan ke Pak Kades, itu agar macannya itu diganti yang estetik sesuai dengan karakternya. Jadi, karakter macan itu bagaimana? Itu kan ada bentuk-bentuknya, ada ekspresinya macan itu. Kalau seperti itu kan jadi guyonan, begitu. Jadi, idenya saya setuju, bahkan sangat setuju karena menggali sejarah dan mitos desa sini,” ujarnya.

Load More