SuaraJatim.id - Belasan ibu-ibu atau emak-emak muda yang mayoritas telah berumah tangga mendatangi Mapolres Trenggalek, Jawa Timur untuk menanyakan kelanjutan aduan terkait investasi bodong, sehingga menyebabkan mereka merugi hingga ratusan juta rupiah.
"Kami datang bersama ke sini untuk mengawal kasus ini. Kami ingin tahu perjuangan dan kelanjutannya sampai di mana," kata Nanda Latifa, salah satu korban investasi bodong seperti dilansir Antara, Jumat (22/3/2019).
Latifa dan sejumlah korban lain mengaku sudah tiga kali mendatangi Mapolres Trenggalek untuk diperiksa sebagai saksi atas kasus tersebut. Pelaporan itu sebagai buntut mediasi yang sebelumnya sudah pernah dilakukan.
Meskipun telah mendatangi rumah terlapor yang juga warga Trenggalek, namun hingga saat ini belum menemukan titik terang, sehingga ditempuh jalur hukum.
Baca Juga:Namanya Disebut Rommy di Kasus Jual Beli Jabatan, Ini Kata Kiai Asep
"Dulu pernah mediasi dengan pengacaranya (terlapor) juga. Kami juga pernah mediasi ke rumahnya hingga beberapa kali, namun tidak ada iktikat baik," katanya lagi.
Kiki Wulandari, warga Desa Parakan, Trenggalek yang juga menjadi korban dugaan arisan dan investasi bodong itu mengaku jumlah kerugian mencapai ratusan juta rupiah.
"Kalau untuk Trenggalek saja mungkin sekitar Rp 700 juta. Kalau ditambah kota lainnya, Solo, Surabaya, Malang, jumlahnya mencapai miliaran rupiah," ungkapnya.
Dia menjelaskan, bisnis investasi bodong itu dikemas dalam skema seperti arisan. Konsep programnya diakui Latifa dan Kiki menarik, karena skema bunga Rp 900 ribu untuk setiap modal sebesar Rp 4 juta yang diinvestasikan dalam bentuk slot. Semakin banyak slotnya, maka semakin besar bunga yang akan diterima.
"Jadi tiap menyetor tanggal berapa, nanti ketika mengambil kita mendapatkan bunga Rp 900 ribu dari uang Rp 4 juta. Tapi tidak tahu kok akhirnya seperti ini, karena awalnya memang tidak ada masalah," ujarnya.
Baca Juga:KPK Dalami Transaksi Pemberian Uang Kepada Direktur Krakatau Steel
Kasat Reskrim Polres Trenggalek AKP Sumi Handana mengatakan, telah membentuk tim khusus untuk menguak kasus tersebut.
Dia mengatakan, dugaan arisan dan investasi bodong ini membutuhkan serangkaian pemeriksaan yang panjang karena melibatkan banyak pihak, termasuk nantinya juga bakal melibatkan pakar dari perbankan.
"Kami terbitkan surat tugas dan membentuk tim dari Pidsus dan Pidum untuk melakukan penyelidikan," ujar Sumi.
Ia mengungkapkan, setidaknya terdapat belasan orang yang sudah mengadu dengan total kerugian ditaksir mencapai Rp 700 juta hingga Rp 800 juta. Pihaknya juga sudah memanggil korban maupun terlapor.
"Penyelidikan masih berjalan. Hari ini kami mintai keterangan terlapor, kemudian tadi ada 10 saksi yang kami mintai keterangan. Karena ini menyangkut dugaan investasi dan yang lain, kami bentuk tim gabungan," ujar dia lagi.