SuaraJatim.id - Berbagai daerah di Indonesia memiliki berbagai tradisi unik yang selalu hadir dengan kearifan lokal. Salah satu tradisi unik yang diturunkan dari generasi ke generasi hingga ratusan tahun adalah membuat masakan Sanggring atau kolak ayam.
Meski namanya terdengar kurang begitu familiar bagi masyarakat Indonesia pada umumnya, lantaran kerap kali masakan kolak terkait dengan pisang atau ubi, tradisi ini hidup di tengan Masyarakat Gunemo Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
Hingga saat ini, memasak Sanggring atau kolak ayam tersebut melibatkan warga dalam jumlah yang banyak.
Ketua Panitia Sanggring, Sudi mengatakan pada mulanya tradisi membuat kolak ayam tersebut dilestarikan sebagai bentuk penghormatan kepada Sunan Dalem yang telah berjuang hingga jatuh sakit dalam membangun masjid di desanya, Gunemo.
Baca Juga:Tradisi Malem Selikuran Warisan Sunan Kalijaga, Kirab 1000 Tumpeng
"Tradisi ini sudah ada sejak ratusan tahun untuk menghormati Sunan Dalem yang berdakwah dan membangun masjid di desa ini sampai lelah kemudian jatuh sakit," ujar Suadi kepada Suara.com, Senin (27/5/2019).
Bagi Warga Desa Gunemo, kata 'kolak ayam' diyakini berasal dari Bahasa Arab, yakni 'kholaqul ayyam' yang berarti mencari 'berhari-hari'. Dalam tradisi cerita rakyat di Desa Gunemo, masakan kolak ayam yang gurih dan legit berwarna kecoklatan tersebut diyakini merupakan obat yang diberikan kepada anak pertama Sunan Giri, Sunan Dalem.
Kala itu, Sunan Dalem menderita sakit ketika sedang berdakwah dan membangun masjid di desa tersebut pada 1540 Masehi. Kabar sakitnya Sunan Dalem menjadikan warga dan santri memaknainya sebagai 'Sanggring' yang secara harfiah berasal dari dua kata, yakni 'Sang' yang berarti pemimpin dan 'Gering' yang berarti sakit.
Hingga akhirnya, pada malam Ramadan yang ke-23 atau telo likur, Sunan Dalem mendapat petunjuk melalui mimpinya. Dalam mimpi tersebut, Sunan Dalem bermimpi menemukan obat yang akan menyembuhkan penyakitnya. Uniknya, obat tersebut berupa makanan dengan berbahan dasar ayam jago muda sebagai bagian syaratnya.
Setelah mendapat petunjuk tersebut, Sunan Dalem mengutus warga, khusus laki-laki, guna menyiapkan bumbu-bumbunya serta santri untuk mencari ayam jago. Kemudian setelah keduanya diracik dan didapat, kemudian dimasak dengan mengunakan peralatan dari tanah liat. Sunan Dalem yang sebelumnya, sakit pun tersembuhkan dengan olahan ayam tersebut.
Baca Juga:Serunya Mengikuti Tradisi Murak Tompo, Kejutan dalam Balutan Daun Pisang
"Atas peristiwa itu kemudian warga menganggap hal itu sebagai suatu tradisi bagi warga sini. Dan atas izin Allah SWT, setelah meminum atau memakan kolak ayam, Sunan Dalem sembuh," ujar Sudi.
Akhirnya, tradisi membuat kolak ayam tersebut menjadi tradisi yang digelar Warga Desa Gumeno setiap tahun secara turun temurun pada malam ke-23 Bulan Ramadan.
Tradisi unik yang sudah ada sejak lima abad lalu itu pun dilakukan sesuai dengan wasiat mimpi yang diterima Sunan Dalem, yakni semua prosesnya dilakukan oleh kaum laki-laki. Mulai dari mencari ayam, memotong ayam, menyiapkan bumbu hingga memasaknya hingga siap disajikan.
"Sesuai dengan perintah Sunan Dalem yang membuat kolak ayam ini harus laki-laki semua, kita tidak berani merubah hingga saat ini," lanjut Sudi.
Setelah selesai dimasak, kolak ayam kemudian dibagikan kepada seluruh warga desa yang sudah mengantri dengan membawa rantang atau ember ke masjid Jami Sunan Dalem yang berada di Desa Gumeno.
Tak hanya dibawa pulang, kolak ayam juga disajikan untuk menu berbuka puasa kepada Warga Desa Gumeno dan warga luar desa yang sudah berkumpul di masjid.
Sudi mengemukakan, tradisi membuat kolak ayam pada Ramadan tahun ini telah menghabiskan 454 ekor ayam.
"Semua dari hasil gotong royong warga desa dan kemudian masakan kolak ini dibagikan kepada warga dan untuk berbuka puasa bersama di masjid Jami ini," imbuh Sudi.
Kontributor : Tofan Kumara