Cerita Warga Ijen, Begadang Kelilingi Api Unggun Waspadai Banjir Susulan

Kini bukit yang termasuk dalam wilayah Perhutani itu hanya berupa tanah basah tanpa tanaman, setelah terbakar Oktober 2019 dan diguyur hujan dengan intensitas 50 milimeter.

Chandra Iswinarno
Jum'at, 31 Januari 2020 | 20:30 WIB
Cerita Warga Ijen, Begadang Kelilingi Api Unggun Waspadai Banjir Susulan
Warga berkumpul di sekitar api unggun di Dusun Kampung Baru, Desa Kalisat, Kecamatan Ijen, Kabupaten Bondowoso. [Suara.com/Ahmad Su'udi]

SuaraJatim.id - Asap mengepul di beberapa titik di antara genting rumah-rumah warga Dusun Kampung Baru, Desa Kalisat, Kecamatan Ijen, Kabupaten Bondowoso. Di sumber-sumber asap itu penduduk berkumpul dalam grup-grup kecil, duduk melingkari api unggun masing-masing.

Pemandangan seperti itu bisa ditemui setiap malam di pemukiman dengan tanah berbukit di ketinggian di atas 1.000 meter di atas laut (MDPL) itu. Namun kali ini tak hanya begadang menjaga kampung dari aksi pencurian, mereka mewaspadai banjir bandang susulan dari Bukit Suket.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan Februari dan Maret menjadi puncak musim hujan tahun ini. Selain itu, awan di atas kecamatan yang memiliki jalan akses menuju puncak Gunung Ijen itu, kerap nampak mendung bergelayut.

"Pasti ada potensi (banjir susulan) karena memasuki musim hujan. Jawa Timur diperkirakan curah hujan tinggi, tapi tidak sampai ekstrim," kata Prakirawan Stasiun BMKG Banyuwangi Ibnu Haryo, Jumat (31/1/2020).

Baca Juga:Pasca Banjir Bandang di Ijen, Jalan Bondowoso ke Puncak Tetap Dibuka

Dia mengatakan intensitas hujan di Jawa Timur umumnya terdampak badai tropis di utara Australia yang bibitnya diperkirakan muncul pada Rabu (5/2/2020). Selama Februari, Bondowoso diperkirakan menerima curah hujan 300 sampai 400 milimeter yang tidak tergolong ekstrim.

Warga Dusun Kampung Baru Hari Purwanto (30), yang menyalakan api unggun di depan rumahnya bersama beberapa tetangga, mengatakan orang-orang saat ini menjadi lebih waspada. Beruntung rumahnya yang berada di selatan musala tidak terdampak banjir, tak seperti yang berada di timur musala.

Jalan gang kampung, kamar mandi umum dan rumah warga di depan musala terendam lumpur yang juga merusak perabot. Hari mengatakan Musala Nurul Hikam itu menjadi salah satu tempat mengungsi seorang warga dari total 300 pengungsi.

"Banjirnya tidak menjebol dinding, tapi ada yang masuk-masuk. Air tinggi, barang jadi rusak semua," kata Hari, malam setelah kejadian banjir bandang, Rabu (29/1/2020).

Warga berusaha mengangkat motor yang tergenang lumpur sisa banjir bandang di Dusun Kampung Baru, Desa Kalisat, Kecamatan Ijen, Kabupaten Bondowoso. [Suara.com/Ahmad Su'udi]
Warga berusaha mengangkat motor yang tergenang lumpur sisa banjir bandang di Dusun Kampung Baru, Desa Kalisat, Kecamatan Ijen, Kabupaten Bondowoso. [Suara.com/Ahmad Su'udi]

Pemkab Bondowoso mencatat banjir di Desa Sempol dan Kalisat menyebabkan empat orang luka ringan. Selain itu, 214 rumah, 6 musala, 22 titik fasilitas MCK, 1 sekolah rusak sedang, 3 titik jembatan, 8 km plengsengan rusak, 14 km sarana air bersih, 16 km jalan dan 7 km gang rusak.

Baca Juga:Banjir Bandang Bondowoso Surut, Lumpur Tebal Selimuti Rumah Warga

Banjir bandang yang terjadi pada Rabu lalu, juga berdampak pada 40 kandang yang rusak atau hanyut dan 10 hektare lahan pertanian, serta sejumlah kendaraan bermotor. Hewan ternak yang terdampak sebanyak 864 ekor, terdiri dari 800 ekor kambing, 53 ekor sapi dan 11 ekor kuda, meski belum ada laporan hilang.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini