SuaraJatim.id - Haji Rifai (60), warga Tanah Merah Surabaya, terpaksa nekat ikut mengantri sembako murah di Lumbung Pangan Jatim Expo Jalan Ahmad Yani, Surabaya dengan berjubel dan berdempetan. Dia sadar rentan tertular virus corona.
Rifai ikut antre karena membutuhkan bahan pokok seperti beras, telur, minyak dan lain-lain untuk kebutuhan sehari-hari.
Melihat kondisi antrian yang berjubel, dia sempat ingin pulang karena takut jika ada virus corona. Namun karena kebutuhan perut, dia pun nekat ikut mengantri dan mengkesampingkn bahaya penyebaran corona.
"Sebenarnya saya takut melihat antrian yang berjubel tanpa ada sekat. Saya takut tertular virus corona. Tapi saya memeberanikan diri karena sudah terlanjur ke sini," kata Rifai, Selasa (21/4/2020).
Baca Juga:Ruben Onsu Menangis Baca Curhatan Sarwendah
Rifai menilai, panitia pelaksana Lumbung Pangan Jatim tidak siap dengan kondisi di lapangan. Mulai dari jumlah panitia hingga tim keamanan sangat minim. Sehingga, kerumunan tidak bisa dikendalikan.
"Ini panitianya yang tidak siap. Jumlah personilnya sangat kurang. Beruntung kurang lebih 30 menit setelah dibuka, pihak kepolisian datang dan merapikan pengantri," ceritanya.
Untuk diketahui, Lumbung Pangan Jatim di Gedung JX International, Jalan Ahmad Yani, Surabaya, siap dibuka pada 21 April, untuk menyediakan bahan kebutuhan pokok murah bagi warga terdampak Covid-19.
Sembako murah melalui Lumbung Pangan Jatim yang diinisiasi Pemprov Jawa Timur, digelar mulai 21 April hingga 21 Juli 2020.
Berbagai barang kebutuhan pokok yang tersedia di Lumbung Pangan Jatim harganya di bawah harga pasar.
Baca Juga:Sekolah di Jakarta Dijadikan Ruang Isolasi untuk Pasien Corona
Ada beberapa jenis komoditas yang sudah disiapkan, seperti beras medium dan premium. Harganya beda sekitar Rp 500 perkilogram dari harga pasar.
Begitu juga untuk komoditas minyak goreng, Lumbung Pangan Jatim telah menyediakan beberapa merek dengan perbedaan harga sekitar Rp 500 hingga Rp 700 dari harga pasar.
Selain itu, telur ayam dijual dengan perbedaan harga sekitar Rp 3.000 dari harga pasar. Dan komoditas yang dijual paling murah adalah gula, dengan perbandingan harga mencapai Rp 6.000 dari harga pasar.
Kontributor : Achmad Ali