SuaraJatim.id - Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) menyebut 72 persen ikan yang hidup di Kali Brantas, Jawa Timur, mengonsumsi mikroplastik. Hal itu terjadi karena kondisi sungai terutama di hilir yang sudah tercemar.
Peneliti Ecoton, Andreas Agus Kristanto Nugroho, mengatakan pihaknya telah meneliti 103 ekor dari sembilan jenis ikan yang hidup di Kali Brantas tahun lalu. Hasilnya, sebanyak 72 persen Ikan diketahui memakan mikroplastik.
"Di tahun 2019 kita mengidentifikasi 103 ekor ikan dari sembilan jenis yang ada di Brantas, 72 persen ikannya itu di saluran pencernaannya sudah mengandung mikroplastik," jelas Andreas kepada SuaraJatim.id, Minggu (12/7/2020).
Di antara ikan yang diteliti Ecoton seperti rengkik, bader merah dan putih, montok, lokas, keting atau lundu, dan jendil. Berbagai jenis ikan tersebut diambil di beberapa lokasi, mulai dari Blitar hingga Kota Surabaya.
Baca Juga:Temuan Baru, Mikroplastik Ditemukan pada Buah Apel dan Wortel
Ecoton belum pernah meniliti apakah ikan yang di saluran pencernaannya terdapat mikroplastik berbahaya apabila dikonsumsi manusia. Namun Andreas tetap was-was apabila hal ini tetap dibiarkan.
Sebab, lanjut Andreas, mikroplastik memiliki kemampuan mengikat polutan lain seperti pestisida, limbah kimia, bahkan juga logam berat.
Tentu saja zat-zat tersebut berbahaya apabila dikonsumsi manusia.
"Si mikroplastik juga mempunyai bahaya sendiri ketika si mikroplastik itu bahan pembuatnya salah satunya adalah ftalat atau yang sering kita sebut sebagai pelentur plastik," paparnya.
"Pelentur plastik itu ternyata jadi salah satu yang namanya endocrine dusrupting chemicals, atau zat yang bisa mengganggu sistem endokrin di makhluk hidup," lanjut Andreas.
Baca Juga:Ditemukan: Tumpukan Sampah Mikroplastik Dasar Laut Terbesar di Dunia
Menurut Andreas, warga pengonsumsi ikan yang di saluran pencernaannya ada mikroplastik akan merasakan dampaknya di kemudian hari. Dampaknya tidak dirasakan seketika.
"Ada proses biomagnifikasi. Dia akan mengumpulkan bahan-bahan beracunnya itu, akan disimpan di daerah-daerah yang kalau biomagnifikasinya sudah melampaui batas, baru akan terlihat," katanya.
"Ketika bicara isu lingkungan, dicubit sekarang itu ya baru tahu sakitnya 25 tahun lagi," tuturnya.
Kini Ecoton tengah meneliti kandungan mikroplastik di Kali Brantas. Mereka mengambil sampel air di sejumlah lokasi, mulai hulu di Kota Batu hingga hilir di Surabaya. Hari ini Ecoton mengambil sampel di Kota Kediri.
"Kita ingin membuktikan kalau di Kali Brantas ini memang (sampah plastik) sudah menjadi mikroplastik. Kita ingin menginventarisasi sampai sejauh mana pencemaran mikroplastik di Kali Brantas," kata Ketua Ecoton, Prigi Arisandi.
Beberapa kajian menyebut kandungan mikroplastik di hilir Kali Brantas sudah mencapai 20-100 partikel dalam seliter air. Padahal di hilir, air dari Kali Brantas dimanfaatkan sebagai air minum.
Kontributor : Usman Hadi