SMP di Surabaya Akan Sekolah Tatap Muka, Semua Guru Wajib Rapid Test

Sejauh ini, mereka masih melaksanakan simulasi bagi guru-gurunya saja.

Pebriansyah Ariefana
Selasa, 04 Agustus 2020 | 12:31 WIB
SMP di Surabaya Akan Sekolah Tatap Muka, Semua Guru Wajib Rapid Test
SMP Negeri 3 Surabaya. (Suara.com/Arry)

SuaraJatim.id - Sebanyak 21 Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Surabaya yang akan belajar tatap muka alias siswanya akan kembali bersekolah. Sekolah-sekolah itu akan menerapkan protokol kesehatan.

Hanya saja, belum ada kepastian sekolah tatap muka itu akan dilaksanakannya. Sejauh ini, mereka masih melaksanakan simulasi bagi guru-gurunya saja.

Hal itu dilakukan dengan beberapa tahapan mulai dari masuk pintu gerbang sampai pulang yang salah satunya ada di SMP Negeri 3 Surabaya.

"Saat ini masih melaksanakan simulasi saja, kami masih menunggu dari dinas pendidikan untuk arahan lebih lanjut. Kalau rencananya kapan (belajar tatap muka) kami kurang tahu, yang jelas kami sudah siapkam porotkol kesehayan untuk guru, siswa dan seterusnya," ucap Plt Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Surabaya A Sya'roni.

Baca Juga:Siap-siap! 21 SMP di Surabaya Bakal Mulai Masuk Sekolah Lagi

Sya'roni mengatakan simulasi di sekolahnya sudah dilakukan beberapa kali. Hal itu agar bisa dievaluasi melihat kekurangan dan kelemahannya untuk bisa diperbaiki.

"Kami inginnya melaksanakan ini (protokol kesehatan) secara ketat. Ada juga pernyataan orangtua pada saat akan dilakukan masuk, nanti oramgtua bersedia mengirimkan anaknya atau tidak," jelasnya.

Persiapan ini juga dibarengi dengan rapid test bagi para guru yang akan mengajar. Nantinya semua pengajar diwajibkan melakukan hal tersebut.

"Artinya ya siap, kita berupaya memastikan meminimalisir kesalaham karena untuk kesehatan semua, guru, siswa dan keluarga di rumah. Kekhawatiran memang ada, maka dari itu kami selalu mengevaluasi sehingga kekurangannya akan dilengkapi," kata Sya'roni.

Selain simulasi, pihak sekolah pun sudah menyiapkan data-data riwayat kesehatan orang tua wali murid dengan menyiapkan kuisioner di form yang diedarkan lewat online.

Baca Juga:Protes Pekerja Malam di Surabaya Diwarnai Aksi Dugem dan 4 Berita Lainnya

Sehingga sekolah mengetahui tentang riwayat penyakit keluarga siswa di rumah.

"Sekolah juga punya data yang diperoleh dari dinsos dan dinkes untuk riwayat orang tua terpapar. Kalau mereka tidak mengakui jadi kami dengan tegas melarang masuk mereka sampai kondisi baik semua.

Untuk pembelajaran daring sendiri, di SMP Negeri 3 ada sebanyak 22 siswa yang tak memiliki handphone digunakan untuk pembelajaran daring.

Sehingga tugas atau materi dari gurubakan disampaikan melalui handphone orang tua.

"Jadi laporannya nanti delay, kita tunggu mereka sampai selesai mengerjakannya. Biasanya maghrib akan terkumpul semuanya," kata Sya'roni yang juga menjabat Kepala Sekolah di SMP Negeri 6 ini.

Sya'roni menyebut apabila belajar tatap muka sudah terlaksana, namun wali murid tak berkenan anaknya masuk sekolah maka diperbolehkan tidak masuk tetap melaksanakan KBM dengan daring.

"Jadi kalau ada orang tua tidak berkenan anaknya tidak sekolah juga nggak apa-apa tapi harus daring. Kalau orang tua memperbolehkan masih kita cek data riwayat sakitnya," ujarnya.

Ia menambahkan pembelajaran tatap muka rencananya akan dilakukan secara bergantian.

Misal siswa di absen ganjil akan masuk di hari Senin, maka siswa dengan absen genap akan masuk di hari Selasa.

"Satu kelas kan berisi 40 siswa, jadi gantian, Senin ganjil 20 siswa, yang genap di rumah. Besoknya yang genap maka ganjil di rumah. Hal itu ubtuk kelas 7,8 dan 9," katanya.

Sya'roni sampai saat ini masih menunggu kabar dari tim dispendik dan dinkes yang ada di Pemerintah Kota Surabaya mengenai keputusan perintah soal kepastian belajar dengan tatap muka.

"Pilotnya kan 21 sekolah, nah belum tentu juga 21 sekolah itu di uji coba lanjut. Mungkin beberapa bisa, tapi belum tentu semuanya. Jadi kami masih menunggu informasi dari dinas," tandasnya.

Kontributor : Arry Saputra

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini