3 Orang Ini 'Bela' Gatot Nurmantyo, Terutama Setelah Peristiwa Surabaya

Tidak semua mendemo kegiatan Gatot Nurmantyo, setidaknya ini terlihat dari respons tiga orang ini.

Muhammad Taufiq
Rabu, 30 September 2020 | 13:20 WIB
3 Orang Ini 'Bela' Gatot Nurmantyo, Terutama Setelah Peristiwa Surabaya
Ketua Umum PB Forki Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo [Antara/Arif Firmansyah]

SuaraJatim.id - Ada yang menolak, tentunya ada yang mendukung. Atau minimal membela. Hal ini yang terjadi setelah peristiwa pembubaran acara Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) yang menghadirkan Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo di Surabaya, Senin (28/09/2020).

Ada sejumlah elemen massa mendemo acara KAMI dan Gatot, meminta polisi membubarkan kegiatan mereka. Alasannya masam-macam, mulai dari dikaitkan dengan kondisi pandemi sampai isu politik, bahkan ancaman makar.

Namun demikian, tidak semuanya berlaku seperti itu. Setidaknya ini terlihat dari respons tiga orang sebagai berikut terkait kontroversi gerakan KAMI dan Gatot Nurmanyo di Indonesia, sebelum dan sesudah peristiwa Surabaya. Siapa saja mereka:

1. Rocky Gerung

Baca Juga:Pagi Ini Gatot, Din dan yang Suka Teriak PKI Pasang Bendera Setengah Tiang?

Rocky melempar kritikan nyelekit ke pemerintah. Menurut dia, pemerintah saat ini gagal memberantas covid sehingga bergeser untuk memberantas Gatot Nurmantyo sebagai salah satu bagian penting dari KAMI.

"Kita bisa lihat, seluruh media di Istana itu bukan menjegal Gatot, tapi menjebak Gatot," kata Rocky Gerung sebagaimanan dikutip Suara.com.

Mantan dosen UI tersebut berpandangan, Gatot Nurmantyo dijadikan target untuk memotong gerakan KAMI sehingga jika berhasil jegal Gatot maka bisa jegal KAMI.

Skenario itulah yang dalam kaca mata Rocky Gerung tidak mungkin berhasil merontokkan KAMI. Sebab, Rocky menambahkan, KAMI adalah gerakan moral yang hanya bisa digerus dengan pihak yang juga memiliki moral.

"Jebakan (pada Gatot) itu terlalu dangkal, saya anggap tak akan berhasil. KAMI itu diinvestasikan untuk politik moral, upaya untuk kepung Gatot hanya mungkin berhasil kalau ada politik moral di Istana," katanya.

Baca Juga:Gatot Gembar-gembor PKI Bangkit, Usman Hamid: Gus Dur Bukan PKI!

Ia melanjutkan, semua hal yang menyudutkan Gatot tidak hanya digelembungkan pihak lawan tetapi diarahkan untuk menjungkalkan Gatot.

"Itu sengaja diarahkan supaya timbul kontradiksi di dalam KAMI, psikologi KAMI terganggu terutama di daerah, sehingga seluruh perencanaan kami itu berantakan," kata Rocky lagi.

2. Analis politik Jerry Massie

Analis politik dari lembaga Political and Public Policy Studies Jerry Massie, menilai pembubaran KAMI bersama Gatot Nurmantyo di Surabaya sudah tepat. Itu kalau alasan yang dipakai terkait adanya kekhawatiran melanggar protokol kesehatan Covid-19.

"Saya nilai penolakan barangkali yang ngumpul-ngumpul tak bisa protokol kesehatan," kata Jerry kepada Suara.com, Selasa (29/9/2020).

Namun demikian, dalam konteks kebebasan berpendapat, menurut Jerry, selama tujuannya positif sebenarnya acara KAMI yang mengundang mantan Panglima TNI tersebut tidak masalah.

"Kalau saya positive thinking saja. Tapi jangan ada asas manfaat dan mencari keuntungan politik," katanya sambil menegaskan, terlepas dari kekurangan sejauh ini Gatot masih pada jalur yang benar.

"Saya lihat secara imparsial, Jenderal Gatot juga pernah menjadi Panglima TNI atau orang penting di negeri ini punya jasa-jasa. Jadi perlu dihargai juga. Selagi masih pada jalur dan rel yang benar, bagi saya tak masalah. Beda kalau melanggar aturan, maka tak bisa ditolerir," kata Jerry.

3. Ketua Hipakada Jatim, Priyo Effendi

Priyo Effendi menilai pembubaran acara KAMI yang dihadiri Gatot Nurmantyo oleh beberapa elemen masyarakat di Surabaya, Senin 28 September 2020, itu berlebihan.

"Negara kita memberikan kebebasan berekspresi, menyampaikan pendapat dan berserikat yang dilakukan masyarakat. Itu ada Undang-undangnya," kata Priyo, seperti dikutip dari beritajatim.com, jejaring media suara.com, Selasa (29/09/2020).

"KAMI, Saya rasa bukan organisasi liar. Kalau ada pihak lain yang mengkhawatirkan itu merupakan gerakan makar, Saya rasa itu terlalu berlebihan. Apalagi pembicara yang hadir adalah Mantan Panglima TNI," katanya menegaskan.

"Tapi, jika ada pihak yang mengkritisi dan mengingatkan pemerintah dianggap gerakan makar, itu terlalu berlebihan. Kalau memang yang disampaikan Pak Gatot Nurmantyo ada yang melenceng, monggo diproses secara hukum, tetapi kan tidak ada yang salah kalau saya amati," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini