Upayanya membangun madrasah transgender ini dilakukan sebab dulu Ia kerap dirundung dan tak punya kesempatan berkembang. Khan bahkan tidak diakui oleh keluarganya sendiri pada usia 13 tahun dan terpaksa mengemis.
Ia kemudian bergabung dengan kelompok transgender pada usia 17 tahun untuk menari di pesta pernikahan atau acara-acara lain untuk mencari nafkah.
Meski begitu, Khan terinspirasi untuk mendalami kembali agamanya setelah bermimpi tentang seorang teman warianya yang sudah meninggal, yang memintanya untuk melakukan sesuatu untuk komunitas mereka.
Khan pernah belajar membaca Alquran di rumah, dan mendalami pendidikan agama Islam di sejumlah madrasah, sebelum membuka madrasah barunya yang terdiri dari dua ruang itu pada Oktober lalu.
Baca Juga:Mangkir dari Pengadilan, Polisi Buru Transgender yang Foto di Depan Ka'bah
"Saya menanggung semua biaya madrasah dari kantong saya sendiri. Ini merupakan uang yang saya peroleh ketika dulu saya biasa menari dan mengemis," kata Khan.
"Saya gunakan uang itu untuk menjalankan madrasah ini. Saya menghabiskan semua tabungan. Kami belum menerima dukungan keuangan dari pemerintah sejauh ini," urai Khan.
Meski Khan tidak menyebutkan berapa biayanya mengoperasikan madrasah tersebut, hingga kini, sekitar delapan siswanya tinggal di madrasah itu secara permanen, sementara lainnya datang sekadar untuk belajar selama beberapa jam sehari.
Khan mengaku dirinya mengajari para siswanya cara menjahit dan membordir, dengan harapan pada akhirnya dapat mengumpulkan uang dengan menjual pakaian.
Kini Khan masih sering kali turun ke jalan-jalan dalam upaya untuk menemukan siswa-siswa baru di antara para pengemis.
Baca Juga:Kini Jadi Transgender, Elliot Page juga Berjuang dengan Disforia Gender
- 1
- 2