SuaraJatim.id - Beredar video pesta ulang tahun Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa di kompleks Gedung Negara Grahadi Surabaya. Diduga kegiatan yang mengundang keramaian tersebut mengabaikan protokol kesehatan (prokes) Covid-19.
Video yang juga diunggah sejumlah kanal YouTube itu terlihat kerumunan dan dihadiri penyanyi, Katon Bagaskara.
“Matur sembah nuwun Pak Emil, matur nuwun Bu Khofifah. Terima kasih banyak bapak ibu, terima kasih untuk datang di pesta saya,” ujar Katon dalam video dikutip dari timesindonesia.co.id jaringan suara.com, Jumat (21/5/2021).
“Eh, maksud saya, pesta ulang tahun gubernur, tepuk tangan sekali lagi, terima kasih banyak,” sambung vokalis Kla Project itu, disusul nyanyian lagu Selamat Ulang Tahun dan saat bersamaan undangan terlihat berkerumun.
Baca Juga:Diingatkan Prokes, Takmir Masjid Ini Ngegas Ceramahi Balik Polisi Surabaya
Dikonfirmasi mengenai kabar tersebut, Kepala Biro Administrasi Pimpinan, Pemprov Jatim, Agung Subagyo membantah jika pesta ulang tahun Gubernur Jatim Khofifah tersebut mengabaikan prokes Covid-19.
“Semua berjalan sesuai prokes,” katanya dikutip dari timesindonesia.co.id jaringan suara.com, Jumat (21/5/2021).
Agung menambahkan, video yang beredar luas di media sosial bukan pesta ultah, melainkan tasyakuran bersama anak yatim dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemprov Jatim.
"Bertepatan dengan ultah Ibu (Khofifah),” sambungnya.
Video tersebut menuai reaksi keras sejumlah pihak, termasuk Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Nahdlatul Ulama (PP PDNU) dokter Muhammad S Niam.
Baca Juga:Anies Jadi Calon Presiden 2024, PPP: Mewakili Poros Islam Bersama Khofifah
“Jangan salahkan rakyat yang tidak mematuhi protokol, jika pemimpinnya juga tidak bisa menjadi teladan. Jangan masalahkan lonjakan kasus, jika prokes 5M hanya sebagai slogan,” katanya.
Niam merasa jengkel, karena semua pihak, terutama dokter yang menangani langsung pasien dan menyiapkan prokes secara teliti sudah bekerja mati-matian, termasuk membuat hidup tak senormal sebelumnya dan banyak rumah sakit gulung koming (kelimpungan), itu semua karena tekad agar Covid-19 segera berakhir.
“Maka ketika melihat pemimpin, kepala daerah seperti itu, gemasnya bukan main. Kalau mau dibilang marah, ya marah lah! Marah dan kecewa gitu, karena pemimpin yang harusnya menjadi teladan tapi tidak bisa jadi teladan,” katanya.