Lalu pada Desember 1946, pertahanan pasukan yang dipimpin Kapten Dulasim berhasil dibobol oleh tentara sekutu. Disaat itulah, Darmo Sugondo dengan pasukannya melakukan penyerbuan agar sekutu tak masuk wilayah Gresik. Sayangnya, pasukan dari Darmo juga kewalahan.
Mereka kocar-kacir dan melarikan diri. Dalam pelarian itu, pasukan terbelah menjadi dua kelompok, ada yang kabur naik gunung Lengis (saat ini Stadion Gelora Joko Samudro) dan ada juga yang ke gunung Putri Cempo.
Lalu pada Maret 1947, pasukan yang dikomandani Darmo Sugondo bertemu dengan pasukan tentara sekutu di Jembatan Kalitangi Segoromadu. Keduanya perperang saling tembak. Namun sayangnya, dalam peperangan itu Darmo terkena tembakan dan dilarikan ke daerah Lamongan.
"Usai dilarikan ke Lamongan untuk dioperasi lukanya, Darmo kembali turun memimpin pasukan karena melihat anak buahnya banyak yang tumbang," ujarnya.
Baca Juga:Rayakan HUT Kemerdekaan di Sumsel, Berikut Prakiraan Cuacanya
Karena sitausi yang tidak memungkinkan, Darmo Sugondo akhirnya diminta mundur oleh Mayjen Sungkono selaku pimpinan BKR Jatim. Saat itulah sekutu berhasil memasuki Kota Gresik. Sedangkan Darmo sendiri melarikan diri di Lamongan. Tapi disana ia tidak diterima baik oleh warga sekitar, karena kedatangan pasukan Darmo dinggap malah membahayakan mereka.
"Warga sekitar takut kalau pasukan Darmo menetap di sana, pasukan sekutu akan mengejar sampai ke Lamongan. Saat itu mau tidak mau dia kembali ke Gresik di wilayah Kecamatan Sidayu," katanya.
Di Kecamatan Sidayu itu lah, Darmo Sugondo kembali menghimpun kekuatan. Ia mengumpulkan para kiyai dan pejabat camat untuk mengakomodir supaya para pemuda dan orang dewasa mau bergabung dengan pasukannya melawan penjajah. Dengan bantuan pasukan tambahan itu, Darmo mulai yakin pertempuran akan dimenangkan olehnya.
"Saat itu semua diberi tugas masing-masing, Camat diberi tugas agar memberikan info kalau ada tentara sekutu datang maka latihan perang diberhentikan dulu. Kemudian peran kiyai juga tak luput, mereka dimintai do'a," kata Guru Sejarah kelahiran Gresik itu.
Selain mendapatkan bantuan pasukan dari rakyat Sidayu, Darmo Sugondo juga mendapatkan bantuan pasokan senjata dari BKR Mojokerto. Melihat kekuatan sudah terhimpun, barulah Darmo mulai memberangkatkan pasukannya menuju Kalitangi perbatasan pintu masuk Gresik dari Surabaya.
Baca Juga:Baim Wong Resmi Akuisisi Gresik United?
"Saat memberangkatkan menuju kota, Darmo membagi pasukannya menjadi dua kelompok dengan jalur yang berbeda. Satu batalyon dikirim melalui jalur Manyar tembus ke Alun-alun. Kemudian satunya melalui jalan Desa Suci lalu ke Desa Ngipik. Intinya dua kelompok itu nanti bertemu di titik yang ditentukan," tutur Alumnus Universitas Negeri Surabaya (Unesa).