Biden telah dikritik atas upaya evakuasi AS di Afghanistan setelah Taliban mengambil alih kekuasaan ketika pasukan Amerika tengah ditarik mundur dari negara itu.
Selama beberapa hari sebelum serangan terjadi, dia berusaha menyampaikan pesan bahwa AS meninggalkan Afghanistan untuk menyelamatkan nyawa tentara Amerika. Kematian tentara AS dalam perang di Afghanistan sejak 2001 mencapai sekitar 2.500 orang.
Jika pasukan tinggal lebih lama di sana, kata Biden, berarti dia akan terus "mengirim putra kalian, putri kalian - seperti putra saya dikirim ke Irak - untuk menghadapi kematian. Dan untuk apa? Untuk apa?"
Tentara-tentara AS yang tewas pada Kamis merupakan yang pertama di Afghanistan sejak Februari 2020 dan Kamis menjadi hari paling mematikan bagi pasukan AS di sana dalam satu dekade.
Para kritikus menyalahkan insiden itu pada proses evakuasi AS yang tergesa-gesa hingga memicu kemungkinan sekitar 1.000 warga Amerika tak bisa meninggalkan Afghanistan.
Baca Juga:Ledakan di Bandara Kabul Membuat Harga Emas Dunia Terkerek Naik
Mereka yang tewas adalah bagian dari 5.200 tentara AS yang mengamankan bandara Kabul dalam proses evakuasi.
Taliban tak akan biarkan ISIS merajalela
Juru Bicara Taliban Zabihullah Mujahid menegaskan serangan bom di Bandara Internasional Hamid Karzai merupakan 'serangan teroris'.
Dikutip dari India.com, Zabihullah Mujahid mengatakan kelompok tersebut telah memberikan informasi kepada Amerika tentang kemungkinan serangan teror oleh ISIL – Negara Islam Irak dan Syam, juga dikenal sebagai Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
"Kelompok ini telah memberikan informasi kepada Amerika tentang kemungkinan serangan teroris ISIL di bandara Kabul. Taliban berkomitmen pada komunitas internasional dan tidak akan membiarkan teroris menggunakan Afghanistan sebagai basis operasi mereka," katanya menegaskan. ANTARA