Bunyi Al Baqarah Ayat 183, Lengkap Lafaz dan Tafsirnya

Al Baqarah ayat 183 membahas atau berisi tentang salah satu ibadah wajib umat Islam, yakni puasa.

Pebriansyah Ariefana
Rabu, 03 November 2021 | 14:07 WIB
Bunyi Al Baqarah Ayat 183, Lengkap Lafaz dan Tafsirnya
Ilustrasi berdoa atau sholat. [Hasan Almasi/Unsplash]

SuaraJatim.id - Bagi sebagian umat Islam, Surat Al Baqarah ayat 183 sudah tidak asing lagi didengar dan merupakan salah satu ayat populer. Al Baqarah ayat 183 membahas atau berisi tentang salah satu ibadah wajib umat Islam, yakni puasa.

Ayat ini sering kali disampaikan oleh para dai atau mubaligh ketika ceramah saat bulan Ramadhan. Sebab pada saat itu umat Islam diwajibkan puasa selama satu bulan penuh.

Meskipun singkat, ayat ini mempunyai arti dan makna yang sangat penting kepada Umat Islam dalam menjalankan puasa. Dalam ayat itu ditegaskan jika ibadah puasa telah ditetapkan kepada umat-umat sebelumnya.

Puasa merupakan rukun islam yang ketiga. Puasa adalah menahan diri dari makan, minum dan segala hal yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Kewajiban puasa dipertegas dalam Surat Al Baqarah ayat 183.

Baca Juga:Ingin Coba Puasa Intermiten? Ini 4 Hal yang Harus Anda Lakukan

Adapun bunyi Surat Al Baqarah ayat 183 sebagai berikut:

"Ya ayyuhallazina amanu kutiba 'alaikumus-siyamu kama kutiba 'alallazina ming qablikum la'allakum tattaqun"

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa". (QS Al Baqarah: 183).

Salah satu ahli tafsir di Indonesai, Muhammad Quraish Shihab, menjelaskan jika Al Baqarah ayat 183 menyebut kewajiban berpuasa tanpa menyebut siapa yang mewajibkannya.

Menurutnya, hal itu menunjukkan jika seandainya bukan Allah SWT yang mewajibkannya, manusia sendiri akan melaksanakannya setelah mengetahui besar manfaatnya.

Baca Juga:Puasa Intermiten Makin Populer, Benarkah Bagus untuk Menurunkan Berat Badan?

Puasa yang diajarkan Al Quran bisa menumbuhkan kesucian jiwa, keikhlasan serta ketulusan. Puasa juga sebagai pengawasan diri dan ketakwaan kepada Allah SWT.

Sementara itu, ahlis tafsir klasik, Imam Ibnu Kastsir mengatakan jika dalam ayat itu perintah ibadah piasa ditujukkan kepada orang-orang yang beriman. Menurut dia, orang beriman yakni orang-orang yang membenarkan dan mengikrarkan keimanannya kepada Allah SWT.

Dalam Al Baqarah ayat 183 disbeutkan jika kewajiban puasa telah dibebankan kepada umat sebelum Nabi Muhammad. Menurut Ibnu Abbas, yang dimaksud umat sebelumnya adalah ahli kitab.

Sedangkan menurut Imam al Alusi, umat sebelum Nabi Muhammad terhitung sejak Nabi Adam sampai sekarang sebagaimana yang ditunjukkan dilalah keumuman lafadnya, yaitu isim mushul.

Adanya penggambaran kewajiban puasa sebagaimana umat terdahulu memiliki arti tersendiri. Redaksi itu sebagai penguat hukum dan pemberi semangat dalam menjalankan ibadah puasa. Sebab, hal yang sulit jika dilakukan banyak orang dan menjadi kebiasaan, akan terasa ringan dan mudah.

Dalam ayat itu juga dijelaskan jika puncak orang yang berpuasa yakni menggapai ketakwaan. Puasa sebagai sarana bertakwa kepada Allah karena bisa menundukka nafsu dan mengurangi sahwat yang menjadi jalan maksiat.

Imam As-Suyuthi di Kitab Tafsir Jalalain mengatakan, maksdu kata takwa dalam ayat itu yakni bertakwa dari perbuatan maksiat. Ketakwaan sosial juga harus ditingkatkan, sehingga berimbang antara hubungan dengan Allah dan manusia.

Demkian penjelasan tentang Al Baqarah ayat 183. Semoga bermanfaat sebagai ilmu pengetahuan khususnya di dalam hal kewajiban berpuasa.

Kontributor : Muhammad Aris Munandar

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini