SuaraJatim.id - Al Baqarah merupakan surat yang ke 2 di dalam Al Quran dan terdiri dari 286 ayat. Salah satu ayat yang cukup banyak dikenal di dalam Al Quran adalah Surat Al Baqarah ayat 183.
Al Baqarah merupakan salah satu surat yang populer, sebab surat ini berada di bagian awal Al Quran, tepatnya setelah surat Al Fatihah.
Surat yang turun di Madinah atau biasa disebut dengan Madaniyah ini mempunyai arti sapi betina.
Di dalam surat ini terdapat kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Surat ini membahas banyak perintah dan larangan hingga aturan di dalam agama Islam.
Baca Juga:Bacaan 2 Ayat Terakhir Surat Al Baqarah, Doa Dimudahkan dan Dilancarkan Rezeki
Selain di dalammya terdapat ayat kursi yang banyak dikenal umat Islam, di dalam surat ini terdapat ayat populer yang membahas tentang perintah puasa, yakni Surat Al Baqarah ayat 183. Terlebih saat Ramadhan tiba, banyak dai atau penceramah yang menggunakan ayat ini sebagai dalil.
Al-Baqarah ayat 183 berisi tentang salah satu ibadah wajib umat Islam, yakni puasa. Puasa merupakan rukun islam yang ketiga. Puasa adalah menahan diri dari makan, minum dan segala hal yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenam matahari.
Meskipun ayatnya singkat, ayat 183 ini memiliki arti dan makna yang sangat penting kepada umat Islam dalam menjalankan puasa. Dalam ayat itu ditegaskan jika ibadah puasa telah ditetapkan kepada umat-umat sebelumnya. Kemudian kewajiban puasa dipertegas di dalam ini.
Berikut bunyi Surat Al Baqarah ayat 183:
"Ya ayyuhallazina amanu kutiba 'alaikumus-siyamu kama kutiba 'alallazina ming qablikum la'allakum tattaqun"
Baca Juga:Surah Al Baqarah Ayat 183: Kewajiban Ibadah Puasa di Bulan Ramadan
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa". (QS Al Baqarah: 183).
Imam al-Alusi menerangkan, umat sebelum Nabi Muhammad terhitung sejak Nabi Adam sampai sekarang sebagaimana yang ditunjukkan dilalah keumuman lafadnya, yaitu isim mushul.
Penggambaran kewajiban puasa sebagaimana umat terdahulu memiliki arti tersendiri. Redaksi itu sebagai penguat hukum dan pemberi semangat dalam menjalankan ibadah puasa. Sebab, hal yang sulit jika dilakukan banyak orang dan menjadi kebiasaan, akan terasa ringan dan mudah.
Dalam ayat ini dijelaskan jika puncak orang yang berpuasa yakni menggapai ketakwaan. Puasa sebagai sarana bertakwa kepada Allah karena bisa menundukkan nafsu dan mengurangi sahwat yang menjadi jalan maksiat.
Imam Ibnu Kastsir berpendapat jika dalam ayat itu perintah ibadah piasa ditujukan kepada orang-orang yang beriman. Yang dimaksud orang beriman yaitu orang-orang yang membenarkan dan mengikrarkan keimanannya kepada Allah SWT.
Sementara itu, di dalam Al Baqarah ayat 183 disebutkan jika kewajiban puasa telah dibebankan kepada umat sebelum Nabi Muhammad. Menurut Ibnu Abbas, yang dimaksud umat sebelumnya adalah para ahli kitab.
Muhammad Quraish Shihab, menerangkan jika Al Baqarah ayat 183 menyebut kewajiban berpuasa tanpa menyebut siapa yang mewajibkannya. Hal itu menunjukkan jika seandainya bukan Allah SWT yang mewajibkannya, manusia sendiri akan melaksanakannya setelah mengetahui besar manfaatnya.
Puasa yang diajarkan Al-Quran sebagai pengawasan diri dan ketakwaan kepada Allah SWT. Selain itu juga bisa menumbuhkan kesucian jiwa, keikhlasan serta ketulusan.
Imam As-Suyuthi di dalam Kitab Tafsir Jalalain mengatakan, maksdud kata takwa dalam ayat itu yakni bertakwa dari perbuatan maksiat. Di sisi lain ketakwaan sosial juga harus ditingkatkan, sehingga berimbang antara hubungan dengan Allah dan manusia.
Demkian penjelasan tengang Al Baqarah ayat 183. Semoga bisa menambah ilmu pengetahuan khususnya di dalam hal kewajiban berpuasa.
Kontributor : Muhammad Aris Munandar