SuaraJatim.id - Siapa sangka ternyata limbah masker bekas ternyata bisa diolah menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM). Tapi inilah yang terjadi di Banyuwangi Jawa Timur ( Jatim ).
Emak-emak di bumi Blambangan membuat inovasi menarik, dimana mereka mengolah sampah menjadi BBM jenis Premium. Kegiatan ini digagas oleh para emak-emak yang tergabung dalam Bank Sampah Telok Lema’ di Desa Bangsring Kecamatan Wongsorejo.
Ide dasarnya, para emak-emak gemes melihat banyaknya sampah masker di lingkungan mereka. Hal ini seperti salah satu emak-emak anggota Bank Sampah Telok Lema', Rukinah.
"Awalnya memang kami peduli adanya sampah khususnya masker yang berada di sekitar khususnya di tempat wisata Bangsring Underwater ini," katanya seperti dikutip dari beritajatim.com jejaring media suara.com, Kamis (27/01/2022).
Baca Juga:KKM-DR Arjani Berinovasi, Bantu Tingkatkan Pemasaran Produk UMKM di Kemiren
"Ya, kan banyak wisatawan yang datang biasanya membuang masker di sini. Kemudian, kami mencoba mencari tahu dan memanfaatkan itu," katanya menambahkan.
Bagaimana cara mengolahnya? Pengelola Wisata Bangsring Underwater, Wildan Sukirno, menjelaskan kalau awalnya para anggota Bank Sampah mengumpulkan masker, kemudian membersihkan, menjemur sebelum melakukan proses penyulingan menggunakan alat pirolisis.
"Jadi usai dikumpulkan, limbah masker direndam dengan deterjen atau sabun atau pemutih selama semalam selanjutnya dijemur sampai kering," ujarnya.
"Limbah masker harus melalui proses lagi dipotong -potong kecil sebelum dimasukkan ke dalam tungku penyulingan," katanya.
Memang prosesnya cukup lama. Karena, setelah limbah masker dimasukkan dalam tungku pirolisis itu harus melalui proses pembakaran.
Baca Juga:Penimbunan 50 Ton Solar Bersubsidi di Bogor Dijual ke Industri Tangerang dan Bekasi
"Pemanasnya menggunakan api dari gas elpiji. Prosesnya butuh panas hingga 300 sampai 350 derajat Celsius hingga bisa mencair," katanya.
Proses awal, kata Sukir, limbah masker seberat 0,62 kilogram bisa menghasilkan seperempat liter produk setara bbm jenis premium. Artinya, butuh sekitar 2,48 kilogram untuk bisa mendapatkan 1 liter hasil produksi.
"Hasilnya kita coba manfaatkan untuk operasional kapal angkut kecil di sini, terus kita coba di motor lama itu hasilnya cukup bagus," katanya.
Wildan Sukirno menyebut, ini sebuah awal yang bagus untuk gerakan peduli kebersihan di lokasi wisata, khususnya di Bangsring Underwater. Meskipun masih butuh pengembangan lain untuk langkah penyempurnaan.
"Kita sudah coba untuk menggalakkan gerakan ini, terutama gerakan peduli sampah, dengan membuka layanan pembelian tiket masuk dengan sampah," ujarnya menambahkan.
Adapun Khusus untuk penyulingan ini nanti akan ada pengembangan lain yang masih terus diupayakan oleh kelompok emak-emak di Bank Sampah tersebut.