SuaraJatim.id - Peternak di Magetan ini resah sebab wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) kian mengkhawatirkan. Apalagi, sejauh ini belum ada bantuan dari Dinas Peternakan dan Perikanan Pemkab Setempat.
Sampai akhirnya, peternak bernama Toha Maksum itu memutuskan menjual dan menyembelih paksa sapinya. Kemudian beberapa lagi disuntik sendiri. Demikianlah kondisi yang dialami Toha, peternak warga RT 10 RW 04, Dukuh Dagung Desa Janggan Kecamatan Poncol.
Toha bercerita, sudah dua pekan ini sapinya terjangkit PMK. Sebanyak 21 ekor sapi di kandang suspect. Dia sampai memilih menjual tujuh ekor sapi dengan bobot lebih dari 700 kilogram dan dipotong paksa.
Beruntung, ada beberapa sapi yang sembuh total. Namun ada juga yang masih membutuhkan penanganan. Mirisnya, selama dua pekan itu Ia melapor ke Dinas Peternakan dan Perikanan Magetan, namun yang ada hanya sebatas sosialisasi saja.
Baca Juga:Cegah Penyebaran Virus PMK, Pemkot Kediri Perpanjang Lockdown Pasar Hewan Dua Pekan ke Depan
Sementara untuk penanganan dari dinas terkait nihil. Misalnya suntik vaksin atau pemberian obat atau penanganan lainnya. Sampai akhirnya tujuh ekor sapi dijual dan dipotong selama dua pekan ini. Terakhir sapi jenis Peranakan Ongole (PO) jantan berbobot 1.020 kilogram dia jual pada Kamis (9/6/2022).
Sapi itu awalnya sempat ditawar Rp 120 juta ketika masih sehat. Namun, karena terjangkit PMK, dia terpaksa menjualnya. Sapi itu tak kuat menahan bobot tubuhnya sendiri. Karena tidak tega melihatnya, dia pun menjual sapinya ke salah satu jagal dan hanya laku Rp 35 juta.
Kondisi sapi putih itu sempat viral di media sosial, sapi tersebut masih hidup namun karena tergeletak banyak mengira sapinya sudah mati.
“Sejak awal sapi di kandang saya kena, tidak ada pihak dinas peternakan yang datang. Mereka hanya memberikan sosialisasi di kantor desa Janggan kapan hari itu. Setelah itu juga tidak ada yang datang ke kandang saya. Saya obati sendiri, saya beli obat sudah habis Rp 8 juta,” kata Toha dikutip dari beritajatim.com jejaring media suara.com, Jumat (10/6/2022)
Dia mengungkapkan untuk obat-obatan dan vitamin, dia membeli secara mandiri di toko online. Harganya bervariasi, terakhir dia membeli seharga Rp 275 ribu per botol dengan kebutuhan sehari untuk seluruh sapinya butuh empat botol.
Baca Juga:Harga Sapi di Pasar Hewan Pamekasan Madura Anjlok Sampai Jutaan Rupiah Gara-gara Wabah PMK
Bahkan, dia terpaksa menyuntik sendiri sapinya karena tak mendapatkan respon penanganan dari dinas.
“Mau gimana lagi, kalau tidak segera disuntik nanti malah mati. Saya sendiri yang rugi, akhirnya saya terpaksa menyuntik sapi saya. Dinas tidak solutif, tidak ada dokter hewan yang ke kandang saya. Jadi mau tidak mau harus saya yang mengobati,” kata Toha.
Dia mengharap pemerintah Magetan segera melek dengan kondisi riil di lapangan. Khususnya di Desa Janggan yang memiliki populasi ternak terbanyak di Magetan.
Total jumlah sapi di desa itu bisa lebih dari 2.000 ekor. Toha menyebut, dari jumlah itu total sudah 90 persen yang terjangkit PMK.
“Mulai dari peternak besar hingga peternak kecil. Khususnya banyak peternak kecil yang beli sapi dari hutang bank. Jatuh tempo dalam enam bulan, sementara kondisi seperti ini," ujarnya menambahkan.
"Peternak kecil kasihan, kami harap ada keringanan cicilan untuk mereka. Dan untuk penanganannya juga harus intensif, tidak semua pemilik sapi berani menyuntik sendiri seperti saya. Kalau sudah seperti itu bagaimana, saya yakin dinas tak ada solusi,” kata Toha.
Terpisah, Nur Haryani Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Magetan mengungkapkan jika sempat menonton video terkait kondisi sapi milik Toha.
Dari hasil koordinasinya dengan Kades Janggan Hariyadi, sapi itu tidak mati dan sudah dijual ke salah satu jagal di Surabaya. Sapi tersebut pernah ditangani, tapi dia tak menyebut pihak mana yang menangani sapi itu.
“Sudah sembuh, tiba-tiba keseleo dan ambruk. Kondisi sapi sehat, belum mati. Akhirnya dibawa ke Surabaya karena sudah ditawar jagal di sana,” kata Nur menegaskan.