SuaraJatim.id - Sapi di Sejumlah Daerah Jatim Terus Bergelimpangan Gara-gara PMK, Terbaru di MagetanTernak-ternak warga di sejumlah daerah di Jawa Timur ( Jatim ) terus bergelimpangan mati gara-gara wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Terbaru, beredar foto-foto dua ekor sapi milik warga Desa Janggan RT 01 RW 01, Poncol, Kabupaten Magetan yang mati usai terjangkit PMK ini.
Kedua sapi itu mati dalam waktu yang hampir bersamaan pada 8 Juni 2022 lalu. Dua sapi senilai sekitar Rp 22 juta yang berusia belum ada setahun itu mati dan dikuburkan di kebun warga desa setempat.
Kasus ini menambah deretan peristiwa kematian sapi akibat PMK. Sebelumnya, sapi-sapi warga di Sampang dan Pamekasan Madura juga demikian. Lalu di Kabupaten Malang, Mojokerto dan Ponorogo.
Baca Juga:Pemerintah Datangkan 800 Ribu Vaksin Buat Atasi Wabah PMK
Wahyudi, pemilik sapi di Magetan menyebut jika kematian dua sapi itu usai terjangkit PMK. Saat itu tidak ada penanganan dari Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan).
Wahyudi sudah mencoba untuk mengobati sendiri namun belum berhasil. Sementara, dia tak melaporkan ke Disnakkan karena dia trauma.
Karena, sebelumnya tiga sapinya yang sakit sempat didatangi dokter hewan namun keesokan harinya belasan sapi di kandangnya justru sakit.
“Ini pengalaman terburuk kami karena dua ekor mati sekaligus dalam waktu yang hampir bersamaan. Sebelumnya bergejala demam, terus tidak mau makan, akhirnya mati. Kami akhirnya dikuburkan satu liang,” katanya dikutip dari beritajatim.com jejaring media suara.com, Sabtu (18/6/2022).
Dia menyebut, selain mengalami sapi mati, dan sekitar dua hari yang lalu dia menjual dua ekor sapinya dan hanya laku total Rp 6 juta saja.
Padahal masing-masing dia beli Rp 13 juta dan Rp18 juta. Dia terpaksa menjual sapinya sakit daripada keduanya mati dan dia justru tak dapat apa-apa.
“Yang satu laku Rp5 juta, yang satunya hanya laku Rp1 juta. Keduanya kurus dan sudah tidak bisa berdiri lagi. Kondisinya buruk, saya sudah tidak mampu mengobati, dari pada mati lagi lebih baik saya jual,” kata Wahyudi.
Kemudian, dirinya hanya bisa melakukan pengobatan secara tradisional. Sekaligus, mengharapkan segera ada upaya yang nyata dari dinas terkait seperti memberitahukan obat-obatan apa saja yang manjur sehingga mereka bisa mebgobatai senditi jika dinas kekurangan personel.
“Sudah banyak yang dijual. Kerugian tentu ratusan juta jika ditotal. Banyak yang takut sapinya mati karena terkena PMK. Tidak semua peternak bisa melakukan pengibatan sendiri,” katanya menegaskan.