Mengenal Budidaya Magot dari Pojok Krembangan Surabaya dan Rupa-rupa Manfaatnya

Istilah maggot memang masih asing di kuping orang awam. Maggot ini, dalam istilah umum di Indonesia sebenarnya sama dengan larva atau belatung.

Muhammad Taufiq
Kamis, 23 Juni 2022 | 15:11 WIB
Mengenal Budidaya Magot dari Pojok Krembangan Surabaya dan Rupa-rupa Manfaatnya
Ternak maggot di Surabaya [Foto: ANTARA]

SuaraJatim.id - Istilah maggot memang masih asing di kuping orang awam. Maggot ini, dalam istilah umum masyarakat kita sebenarnya sama dengan larva atau belatung.

Hanya saja, biar lebih spesifik para pembudidaya belatung menggunakan istilah maggot ini untuk menyebut larva dari jenis lalat Black Soldier Fly (BSF) atau Hermetia Illucens dalam bahasa Latin. Maggot ini berasal dari telur BSF, dan akan bermetamorfosis menjadi lalat dewasa.

Belakangan, maggot ini naik kelas di kalangan para pelaku usaha, sehingga semakin banyak yang membudidayakannya. Manfaat belatung lalat ini banyak sekali; mulai buat pakan ternak burung, unggas, ikan, bahkan jadi pupuk.

Bicara Maggot, kini di Surabaya juga mulai berkembang usaha budidaya larva lalat tersebut. Di Krembangan, warga yang masuk dalam kategori masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) mengembangkan budi daya maggot ini.

Baca Juga:Wabah PMK di Probolinggo Masih Tinggi, Tapi Vaksinasi Belum Jelas Sampai Kini

Dinahkodai Ketua Kelompok Tani Krembangan Madani Johan Tri Cahyono, produksi maggot mereka mencapai 100 kilogram per hari. Angka itu sebenarnya bisa digenjot lagi hingga 150-175 kilogram per hari dengan fasilitas yang ada sekarang ini.

"Bahkan, kalau fasilitas raknya ditambahkan, tentu produksi maggotnya akan semakin banyak," katanya dikutip dari Antara, Kamis (23/06/2022).

Ia lantas mengungkap rupa-rupa manfaat budi daya maggot ini. Selain sebagai salah satu solusi mengatasi masalah sampah juga berguna untuk pakan bagi hewan unggas, burung dan ikan.

Menurut Johan, tantangan dari Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi untuk bisa ekspor ke luar negeri realistis dan mungkin bisa diwujudkan. Apalagi, kalau ada kerja sama dengan wilayah lainnya di Surabaya, tentu target itu akan mudah dicapai.

Sementara itu, Camat Krembangan Ario Bagus Permadi menjelaskan, Rumah Maggot ini untuk merespons keberadaan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang ada di Kecamatan Krembangan.

Baca Juga:The Westin Surabaya Peringati Hari Lari Sedunia dengan Menggelar Westin Vertical Run 2022

Saat itu, kata dia, pihaknya diminta untuk mengidentifikasi aset Pemkot Surabaya yang tidak terpakai, sehingga ditemukan aset tersebut. Kebetulan Ketua RW sudah melakukan budi daya Maggot Lalat BSF di lantai 2 Balai RW, sehingga itu dikembangkan ke tingkat kecamatan.

"Jadi, awalnya aset ini untuk maggot, karena masih ada tempat yang tersisa, akhirnya kami ternak ayam dan ikan serta sayuran organik, sehingga produksi maggot itu semuanya terpakai," ujar dia.

Dia menjelaskan tantangan ekspor yang disampaikan oleh Wali Kota Eri Cahyadi memang menjadi mimpi warga setempat. Sebab, apabila aset itu dimaksimalkan dan bisa berkolaborasi juga dengan tempat lainnya, target ekspor sangat memungkinkan.

"Sementara ini kapasitas produksinya masih 30 persen, kami akan genjot dulu hingga 100 persen, dan selanjutnya baru berpikir untuk ekspor," kata dia.

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi sebelumnya mengatakan sudah ada salah satu pabrik yang meminta maggot 6 ton per hari kepada Pemkot Surabaya. Kalau bisa memenuhi 6 ton per hari, dipastikan akan banyak tenaga kerja yang terserap dari MBR Krembangan.

"Kalau dijual Rp 4 ribu per kilogram, berarti 6 ton sekitar Rp 24 juta per hari atau Rp720 juta per bulannya. Kalau saya menargetkan setiap MBR punya penghasilan Rp 3 juta, ada sekitar 240-an orang MBR yang bisa memenuhi target 6 ton ini. Itu hanya satu pabrik saja, belum lagi yang lainnya," kata dia.

Bahkan, kalau maggot lalat itu bisa dikeringkan dan dikirim ke luar negeri atau ekspor, bisa dijual hingga 4 dolar AS dan kalau dikeringkan untuk lokal saja harganya bisa Rp 8 ribu.

"Makanya, saya berharap Krembangan bisa mengembangkan maggot supaya bisa diekspor dan bisa mengentas kemiskinan di Krembangan. Apa saja kebutuhan untuk bisa ekspor itu, nanti kami penuhi fasilitasnya, jadi biarkan warga itu bergerak," kata dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini