Partai Kabah Terbelah-belah, Ini Deretan Konflik Elite PPP Sejak Eranya Suryadharma Ali

Dalam sepuluh tahun terakhi Partai Persatuan Pembangunan ( PPP ) bisa dibilang sebagai partai yang paling sering didera konflik antar elitenya.

Muhammad Taufiq
Sabtu, 10 September 2022 | 14:05 WIB
Partai Kabah Terbelah-belah, Ini Deretan Konflik Elite PPP Sejak Eranya Suryadharma Ali
Ilustrasi PPP. [Jatimnet.com]

Diduga kasus sapi menyebabkan kerugian negara sebesar Rp 3,6 miliar. Sedangkan kasus mesin jahit diduga merugikan negara Rp 24 miliar.

2. Suryadharma Ali vs Emron Pankapi dan Romahurmuzy Jelang Pilpres 2014

Konflik ini bermula saat Suryadharma Ali (SDA) dan Djan Faridz menghadiri kampanye Partai Gerindra pada 23 Maret 2014. Kehadiran SDA yang mendadak memberikan dukungan kepada Prabowo ini menyinggung sejumlah elite partai.

Sebab saat itu PPP belum memutuskan kemana arah dukungannya dalam Musyawarah Kerja Nasional di Lirboyo Jawa Timur. Sikap SDA itu kemudian menuai protes dari 27 perwakilan dewan pimpinan wilayah (DPW) PPP.

Baca Juga:DPC PPP Mojokerto Digugat Kadernya di DPRD Senilai Rp 10 Miliar Kasus Penipuan

PPP akhirnya terbelah menjadi 2 kubu, yakni SDA yang disokong Djan Faridz, dan Sekjen PPP M. Romahurmuziy serta Wakil Ketua PPP Emron Pangkapi. Sampai akhirnya Pada 23 Mei 2014, KPK menetapkan SDA sebagai tersangka kasus korupsi dana haji.

SDA yang saat itu menjabat sebagai Menteri Agama (Menag) menyampaikan surat pengunduran diri kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 28 Mei 2014.

3. Emron Pangkapi, Romahurmuziy vs Djan Faridz

Penetapan tersangka SDA oleh KPK kian membuat resah internal PPP. Apalagi setelah Ia ditahan dan divonis bersalah oleh KPK. Emron Pangkapi dan Djan Faridz kemudian sama-sama menggelar Muktamar.

Djan Faridz CS--pendukung SDA ini kemudian menggelar Muktamar di Jakarta. Sementara Emron Pangkapi menggelar Muktamar lain di Surabaya dengan calon ketua umumnya Romahurmuziy. Hasilnya, Djan Faridz menjadi Ketum PPP versi Muktamar Jakarta dan Romahurmuziy jadi Ketum PPP versi kubu Emron Pangkapi.

Baca Juga:Tak Ingin Perpecahan 2019 Terulang, DPW PPP DIY Pilih Fokus Pemilu 2024

Kedua kubu ini kemudian saling pecat kepengurusan sampai akhirnya Mahkamah Partai turun tangan dan menyatakan kedua Muktamar tidak sah, Mahkamah Partai meminta Muktamar diulang di Surabaya beberapa bulan berikutnya. Hasilnya, Muktamar Surabaya memenangkan Romahurmuziy sebagai Ketum PPP 2014-2019.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini