SuaraJatim.id - Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) bisa jadi benar, bahwa 35,4 persen masyarakat Indonesia diketahui tak hafal sila Pancasila. Bahkan sejumlah tokoh dan pejabat ternyata pun sama.
Sebelumnya ribut peristiwa 'memalukan' Ketua DPRD Lumajang Anang Akhmad Syaifuddin tidak hafal Pancasila. Namun sebagai bentuk tenggungjawab moral, Ia akhirnya memutuskan mundur dari jabatannya karena peristiwa itu.
Peristiwa tokoh atau pejabat tidak hafal Pancasila sebenarnya bukan kali ini saja terjadi. Sebelumnya ada sejumlah peristiwa memalukan lain ketika Ketua DPRD, bupati sampai gubernur juga gagal atau lupa dengan Pancasila.
Nah, berikut ini peristiwanya dikutip dari berbagai sumber:
Baca Juga:Dengan Suara Bergetar, Ketua DPRD Lumajang Anang Ahmad Mundur Buntut Insiden Tidak Hafal Pancasila
1. Ketua DPRD Paser Kalimantan Timur
Pada 2020 lalu juga sempat viral Ketua DPRD Paser Kalimantan Timur Hendra Wahyudi menjadi bahan tertawaan peserta aksi demonstrasi menolak Omnibus Law UU Cipta Kerja (Cilaka).
Ketua DPRD Paser untuk periode 2019-2024 itu namanya viral gara-gara Ia salah melafalkan Pancasila. Saat itu politisi PKB tersebut turun menemui para demonstran. Ia berdiri sejajar bersama dengan empat rekan lainnya. Di sekelilingnya, terdapat massa unjuk rasa menolak UU Cipta Kerja.
Dengan memegang mikrofon di tangannya, pria itu membacakan satu per satu sila dalam Pancasila dan diikuti secara serentak oleh para pendemo.
Sila pertama sampai ketiga berjalan lancar. Namun tak disangka, ia salah melafalkan sila ke empat Pancasila. Anggota DPRD Paser tersebut hanya benar sampai pada kalimat "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat".
Baca Juga:Profil Anang Ahmad Syaifuddin, Ketua DPRD Lumajang yang Mengundurkan Diri karena Tak Hafal Pancasila
2. Anggota DPRD mundur sebab tak hapal Pancasila
Ini peristiwa terbaru. Ketua DPRD Lumajang Anang Akhmad Syaifuddin juga viral karena tidak hafal bunyi Pancasil sila keempat. Ia kemudian memilih mengundurkan diri. Hal itu ia sampaikan saat menjadi pemimpin rapat paripurna, Senin (12/9/2022).
"Saya atas nama pribadi, ketua DPRD Kabupaten Lumajang ingin meyampaikan klarifikasi dan permohonan maaf pada seluruh masyarakat Lumajang khususnya anggota DPRD Kabupaten Lumajang dengan insiden tidak hafalnya saya melafalkan teks pancasila," ujar Anang seperti dikutip dari potongan video yang diunggah oleh akun instagram @lumajangsatu.
Ia mengaku, apapun keadaannya pada saat insiden itu terjadi, tidak menjadi pembenaran atas apa yang ia lakukan. Menurutnya, hal itu tidak pantas dilakukan atau terjadi pada ketua DPRD dimanapun.
Ia kemudian menyatakan pengunduran dirinya di depan para anggota rapat paripurna. "Dalam kesempatan yang berbahagia ini, dalam paripurna DPRD, dalam ruangan yang terhormat ini, dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim saya dengan hati yang sangat menyesal mengundurkan diri dari Ketua DPRD Kabupaten Lumajang," ucap Anang.
Anang melanjutkan, keputusan itu dibuat untuk menjaga marwah DPRD Kabupaten Lumajang. Dia berharap kejadian ini menjadi pembelajaran bagi siapapun yang berstatus sebagai pemimpin.
3. Bupati Sumantri Magetan
Pada 2013 silam, Bupati Magetan Sumantri juga pernah menjadi bahan tertawaan para PNS Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Magetan. Sebab, Sumantri tidak hafal mengucap Pancasila saat upacara peringatan Hari Amal Bhakti (HAB) ke-67 Kemenag, di alun-alun kabupaten setempat, Kamis Januari tahun lalu.
Sebagai inspektur upacara kala itu, Bupati Sumantri berkewajiban mengucapkan Pancasila untuk diikuti peserta upacara. Sila pertama berhasil diucapkan dengan baik. Namun, di sila kedua dia berucap, "Persatuan Indonesia."
Kontan, para peserta upacara tertawa, dan tak sedikit yang berteriak-teriak untuk mengoreksi kesalahan sang bupati. 'Ini kebangetan," kata peserta upacara yang tak mau disebutkan namanya.
Usai upacara, Sumantri yang dikonfirmasi menganggap ketidakhafalannya mengucap Pancasila itu sebagai sesuatu yang wajar. Terlebih, kata Sumantri, kesalahan ucap seketika itu juga sudah dia benarkan.
"Bupati itu manusia bukan malaikat yang tidak luput dari lupa dan salah," kata Sumantri lewat Kepala Humas dan Protokol Pemkab Magetan, Saif Muhclisin, seperti dikutip media lokal.
3. Gubernur Riau Wan Abubakar
Insiden Pancasila lagi-lagi terjadi saat upacara. Gubernur Riau Wan Abubakar bukan tidak hafal mengucapkan Pancasila dalam upacara peringatan Hari Pahlawan 2008 di halaman kantor gubernur. Tapi dia lupa membacakan sila kelima dari teks Pancasila yang dipegangnya.
Ya, sila Pancasila yang berjumlah lima hanya dibaca empat. Sila kelima yang berbunyi, "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia" sama sekali tak dibacanya. Ia langsung menyerahkan teks Pancasila padahal baru membaca empat sila.
Setelah itu, seakan tidak ada kesalahan apa pun, upacara tetap berlanjut. Wan pun tetap bersemangat saat menyampaikan pidato upacara. Usai upacara, kepada wartawan gubernur mengaku khilaf tidak membaca sila kelima Pancasila.
"Saya silaf dan di kaca mata saya tiba-tiba ada semut merah," ujarnya tak serius.
4. Tak hapal berjamaah
Pada 2010 malah lebih tragis lagi. Bagaimana tidak tujuh calon bupati di Pilkada Soppeng Sulawesi Selatan hanya satu yang hafal Pancasila. Peristiwa ini terjadi debat terakhir Pilkada Soppeng, Juni 2010.
Dari tujuh cawabup yang tampil dalam debat di Gedung KONI Watansoppeng itu, hanya cawabup Supriansa dari pasangan Sulham Hasan- Supriansa (SULAPA) yang hafal Pancasila. Selebihnya, para Cawabup terbata- bata dan tidak beraturan saat diminta menyebutkan satu persatu lima dasar kehidupan bangsa Indonesia itu.
5. Calon hakim konstitusi gugup baca sila keempat
Kejadian berawal pada saat anggota Komisi III dari Fraksi PDI Perjuangan Achmad Basarah bertanya kepada Djafar Albram. Sebelum Basarah bertanya ke pertanyaan inti, dia menguji terlebih dahulu pengetahuan calon hakim MK dengan pertanyaan yang umum.
Basarah menginstruksikan agar Djafar menyebutkan sila keempat dari Pancasila. "Sebelum saya bertanya ke pertanyaan berikutnya, dengan langsung menjawab. Saya mohon anda menyebutkan sila-sila dalam pembukaan UUD yang ada di alinea keempat (Pancasila)," kata Basarah di Gedung DPR, kemarin.
Mendengar pertanyaan itu, Djafar pun terlihat gugup dan meminta agar menyebutkan satu persatu sila yang ada dalam Pancasila dari awal. "Baik, saya akan jawab dari awal ya," jawab dia.
Basarah pun meminta agar hanya menjawab pada sila keempat saja, tidak dari pertama hingga akhir. "Keempat saja pak yang saya minta," sambung Basarah.