Kasihan! Sejumlah Orang Tertipu Penyalur Tenaga Kerja ke Australia, Kerugian Miliaran

Rumah seorang perempuan berinisial AS (60) di Desa Mojoduwur Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang Jawa Timur ( Jatim ) mendadak gaduh. Sejumlah orang menggeruduk kediaman AS

Muhammad Taufiq
Selasa, 03 Januari 2023 | 09:47 WIB
Kasihan! Sejumlah Orang Tertipu Penyalur Tenaga Kerja ke Australia, Kerugian Miliaran
Korban penipuan tenaga kerja ke Australia, rata-rata warga desa [Foto: Beritajatim]

SuaraJatim.id - Rumah seorang perempuan berinisial AS (60) di Desa Mojoduwur Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang Jawa Timur ( Jatim ) mendadak gaduh. Sejumlah orang menggeruduk kediaman AS itu.

Mereka merupakan para korban calon tenaga kerja yang dijanjikan bakal diberangkatkan ke Australia. Mereka berasal dari berbagai daerah di Jawa Timur. Ada yang dari Jombang, Lamongan dan beberapa daerah lain.

Namun uang sudah dibayarkan namun mereka tidak kunjung diberangkatkan. Janjinya, pemberangkatan bakal dilakukan Juni 2022. Namun sampai sekarang tidak juga diberangkatkan. Alhasil, mereka pun menggeruduk kediaman AS dan meminta uangnya dikembalikan.

Salah satu orang yang mendatangi rumah AS bernama Muhammad Taufiki (26), warga Jombang. Awalnya dia bertemu dengan keponakan AS yang bernama Y. Taufik kemudian menayakan soal ada atau tidaknya lowongan kerja di luar negeri.

Baca Juga:Angin Kencang Akibat Siklon Tropis Ellie Landa Bali, Warga Diimbau Tetap di Rumah

Singkat cerita, korban kemudian bertemu AS. Dari situlah Taufik diberi penjelasan panjang lebar tentang peluang bekerja di Australia.

Sebagai awalan, Taufik diminta untuk membayar uang Rp 25 juta. Alasannya, uang tersebut digunakan untuk mengurus surat-surat. Korban yang memang ingin bekerja di luar negeri menyanggupinya. Taufik mengirim uang itu melalui rekening milik AS.

"Pembayaran pertama pada Juni 2022. Saya transfer Rp 25 juta," kata Taufik sambil menunjukkan bukti transfer, seperti dikutip dari beritajatim.com jejaring media suara.com, Selasa (03/12/2022).

Beberapa hari kemudian Taufik kembali diminta membayar uang untuk mengurus visa, jumlahnya Rp 45 juta. Uang tersebut dibayar ketika visa sudah selesai.

Nah, pada Juli 2022, visa dan tiket milik Taufik sudah jadi. Dia kemudian kembali mengirimkan uang ke AS uang sebesar Rp 45 juta. Namun ironis, belakangan diketahui bahwa tiket dan visa tersebut diduga palsu.

Baca Juga:Novak Djokovic Tak Bisa Lupakan Kejadian Dideportasi dari Australia

"Janjinya pemberangkatan ke Australia pada Juli 2022. Tapi sampai sekarang tidak diberangkatkan. Kami kemudian meminta uang tersebut dikenmbalikan," katanya menambahkan.

"Tapi upaya tersebut tidak berhasil. AS menghilang. Rumahnya dikunci. Yang tertipu bukan hanya saya, tapi ada 32 orang. Awalnya semua ditampung di rumah AS. Tapi sekarang sudah pulang semua," kata Taufik menambahkan.

Korban bukan hanya dari Jombang, tapi juga dari wilayah lain. Adalah Kacung (47), warga Kecamatan Ngimbang Kabupaten Lamongan. Kacung mendapatkan informasi dari temannya tentang adanya lowongan kerja di Australia. Nah, sebagai perantaranya adalah AS warga Mojoduwur. Kacung tertarik. Dia mendaftar bersama tiga temannya.

Oleh AS, masing-masing diminta membayar biaya awal sebesar Rp 7 juta. Rinciannya, Rp 4 juta untuk sertifikat keahlian Bahasa Inggris, sedangkan sisanya untuk sertifikat pertanian. Kepada para korban AS menjanjikan mereka berangkat pada bulan Juni 2022.

"Kami dijanjikan bekerja di sektor perkebunan. Gajinya antara Rp 50 hingga 60 juta. Untuk biaya pemberangkatan termasuk visa, kami diminta membayar Rp 65 juta," ujarnya.

"Saya masih membayar Rp 10 juta. Sisanya saya jaminkan sertifikat tanah. Ternyata pada Juni 2022 tidak jadi berangkat, bahkan sampai sekarang," ujar Kacung.

Kacung bersama korban lainnya setiap satu minggu sekali mendatangi rumah AS di Desa Mojoduwur. Tujuannya, untuk menagih uang yang sudah masuk ke rekening AS. Namun hingga tahun berganti, Kacung dkk tidak pernah bisa ditemui.

"Korban mencapai 32 orang. Kalau ditotal, kerugiannya Rp 1,8 miliar,' lanjutnya.

Kacung mengungkapkan bahwa korban sudah melaporkan permasalahan tersebut ke polisi tiga pekan lalu. Namun hingga saat ini belum ada perkembangan signifikan.

"Kami sudah lapor ke polisi. Agar ada efek jera bagi pelaku. Juga agar tidak ada korban lebih banyak lagi," katanya menambahkan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini