Tradisi Kolak Ayam di Gresik, Kuliner Warisan yang Sudah Berumur 400 Tahun

Gresik punya tradisi unik yang digelar pada malam 23 Bulan Ramadan, yakni sanggring atau kolak ayam.

Baehaqi Almutoif
Rabu, 03 April 2024 | 15:16 WIB
Tradisi Kolak Ayam di Gresik, Kuliner Warisan yang Sudah Berumur 400 Tahun
Kolak Ayam Gumeno Khas Gresik Jawa Timur [Suara.com/Amin Alamsyah]

SuaraJatim.id - Gresik punya tradisi unik yang digelar pada malam 23 Bulan Ramadan, yakni sanggring atau kolak ayam.

Tradisi tersebut digelar di Desa Gumeno, Kecamatan Manyar, Gresik. Konon, telah ada sejak 499 tahun silam. Tepatnya pada masa Sunan Dalem atau anak dari Sunan Giri.

Menurut ceita turun-temurun, Sanggring dibuatkan sebagai obat mujarab dari sakit yang diderita Sunan Dalem. Setelah mengonsumsi kolak ayam tersebut, dia pun berangsur-angsur sembuh.

Secara filosofis kata Sanggring berarti raja. Sedangkan Gring berarti gering atau sakit. Apabila digabungkan berarti obat untuk raja yang sakit.

Baca Juga:Jadwal Imsakiyah Surabaya dan Sekitarnya 3 April 2024

Pertama kali tradisi ini dikenalkan pada 22 Ramadan 946 H atau 31 Januari 1540.

Ketua Pelaksana Tradisi Sanggring Didik Wahyudi mengatakan, cukup spesial pada penyelenggaraan sekarang.

“Untuk tahun ini biayanya spesial, karena acaranya semakin besar dan tamunya semakin banyak,” ujarnya dilansir dari Beritajatim.com--partner Suara.com, Selasa (2/04/2024).

Tidak hanya menggelar tradisi ayam kolak saja, namun juga ada festival Banjari serta menghadirkan qori internasional Sayyid Zulfikar Assyaibani.

Didik menjelaskan, kolak ayam dibuat dari sejumlah bahan, seperti ketan, santan, jinten, bawang daun, gula merah, hingga serta ayam kampung. Semua bahan tersebut dimasak oleh laki-laki .

Baca Juga:Jadwal Imsakiyah Madura dan Sekitarnya 2 Maret 2024

“Kita menyediakan 3200 porsi sanggring untuk tamu, yang berasal dari 250 ekor ayam, 740 kilo gula merah, 240 kg daun bawang, 600 butir kelapa dan 50 kilo jinten,” ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Desa Gumeno Hasan Fatoni mengatakan, pembuatan sanggring oleh laki-laki tersebut telah dilakukan sejak zaman Sunan Dalem.

“Sanggring dibuat oleh santri laki-laki semua sesuai intruksi atau anjuran Sunan Dalem. Tapi sebenernya perempuan tidak masalah, kami menjaga tradisi leluhur yang sudah ada saja,” katanya.

Para tamu yang mengikuti semarak sanggring di Masjid Sunan Dalem, akan bertandang ke rumah warga setempat dan disuguhi menu yang sama. Semakin banyak tamu, semakin banyak pula sedekah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini