Kecanggihan urban farming terletak pada fleksibilitas model bisnisnya. Anda tidak perlu memiliki lahan berhektar-hektar untuk memulai. Berikut beberapa model yang bisa menjadi inspirasi:
-Produksi dan Jual Langsung (B2C)
Ini adalah model paling dasar. Anda bisa menanam sayuran daun populer seperti selada, kangkung, bayam, atau kale, lalu menjualnya langsung ke tetangga, komunitas, atau melalui sistem langganan mingguan (subscription box).
-Pemasok Khusus Restoran dan Kafe (B2B)
Baca Juga:Ingin Masuk Pasar Global, Wisticy Outfit Ikut BRI UMKM EXPO(RT) 2025
Banyak kafe dan restoran kelas atas membutuhkan pasokan bahan-bahan segar yang sulit ditemukan, seperti microgreens, edible flowers (bunga yang bisa dimakan), atau jenis selada eksotis. Margin keuntungan di segmen ini sangat menarik.
-Produk Olahan Bernilai Tambah
Jangan hanya menjual sayuran mentah. Ubah hasil panen menjadi produk olahan seperti jus cold-pressed, pesto, salad dalam kemasan, atau keripik sayur sehat. Ini akan meningkatkan nilai jual secara signifikan.
-Edukasi dan Paket Pemula
Jika Anda sudah ahli, jual pengetahuan Anda! Buka kelas workshop tentang cara memulai hidroponik atau vertikultur. Anda juga bisa menjual starter kit yang berisi semua perlengkapan dasar bagi pemula yang ingin mencoba.
Baca Juga:Pemprov Jatim Jajaki Kerja Sama Strategis dengan Negara-Negara EAEU dan MERCOSUR di Sektor Pangan
Teknologi Agritech sebagai Tulang Punggung
Kunci sukses dari bisnis urban farming modern adalah pemanfaatan teknologi pertanian atau agritech. Teknologi inilah yang memungkinkan kita "menipu" alam dan menghasilkan panen melimpah di lahan terbatas.
Beberapa teknologi yang menjadi pilar utama antara lain:
-Hidroponik
Metode tanam tanpa tanah menggunakan larutan nutrisi. Sangat efisien dalam penggunaan air dan lahan, serta menghasilkan sayuran yang lebih bersih.
-Akuaponik