SuaraJatim.id - Ternyata massa berpakaian hitam dan bermasker yang dibubarkan aparat kepolisian saat menggelar peringatan May Day di depan Gedung Negara Grahadi Surabaya, Rabu (1/5/2019) berasal dari Front Mahasiswa Nasional (FMN) Surabaya.
Salah satu koordinator FMN, Anindya Shabrina Prasetiyo menuding memang sejak aparat kepolisian sedikit bertindak represif ketika massa mendatangi gedung Negara Grahadi untuk memperingati May Day.
"Ketika long march sudah diteriaki oleh polisi, anak-anak pakai atribut hitam-hitam, sama masker. Disuruh lepas, anak-anak enggak mau kan, karena kesepakatannya memakai masker kan," kata dia saat ditemui wartawan.
Anindya bahkan mengaku aparat kepolisian kemudian meminta massa membubarkan diri karena tak mau membuka masker yang dikenakan. Padahal, kata dia, massa dari FMN hanya menggelar aksi damai.
Baca Juga: Erick Thohir: Jokowi Negarawan Sempurna, Minta Pendukung Tunggu Hasil KPU
"Nah disuruh lepas temen-temen enggak mau, akhirnya dibubarin. Jalankan (terus) balik, kemudian salah satu temen kami, koordinasi dengan KASBI bergabung ke barisan, karena kami kan aksi damai bukan untuk provokasi apa-apa," kata dia.
Menurutnya, karena mendapatkan penolakan, petugas yang melakukan pengamanan May Day tiba-tiba beraksi melakukan kekerasan terhadap teman-temannya.
"Ketika kami jalan masuk ke barisan diambil, sebelumnya di sana sudah ditendang-tendang juga, Videonya ada sih, ditendang-tendang, dijambak-jambak, sebenarnya tinggal pergi, mau gabung di sini sudah mau masuk barisan, ditarik-didorong," ungkapnya.
Anindya mengatakan, para pedemo sengaja memakai masker karena khawatir mendapat persekusi setelah wajahnya difoto dan disebar di media sosial.
"Kita pakai penutup karena apa, takut juga karena banyak kejadian persekusi akhir-akhir ini, jadi ada pengalaman temen sebelum nya di DM (direct messege) sama polisi di Instagram, karena beberapa kali ikut aksi terus upload kelihatan mukanya, terus dikejar sama polisi," imbuhnya.
Baca Juga: Real Count KPU Rabu 17.00 WIB: Digeber Jokowi, Prabowo Semakin di Belakang
Lebih lanjut, Anindya merasa heran dengan adanya upaya represif polisi untuk membubarkan massa yang sedang memperingati May Day. Padahal, kata dia, massa FMN tidak ada yang melakukan provokasi ataupun membawa senjata tajam saat berdemo.
Berita Terkait
-
Meski Akui Kualitas Persija, Paul Munster Tak Beri Motivasi untuk Persebaya
-
Anak Ivan Sugianto Kini Berurai Air Mata, Reaksinya Saat Sang Ayah Bertindak Arogan Diungkit Netizen
-
Selamat! Ivan Sugianto Akhirnya Go International, Presiden Harus Menanggung Malu?
-
Dua Istri Hakim PN Surabaya Diperiksa Terkait Perkara Ronald Tannur
-
Skandal Suap Vonis Bebas Ronald Tannur, Kejagung Periksa Istri Hakim PN Surabaya Dalami Peran Ibu Terdakwa
Tag
Terpopuler
- Profil dan Agama Medina Dina, Akan Pindah Agama Demi Nikahi Gading Marteen?
- Ngaku SMA di Singapura, Cuitan Lawas Chilli Pari Sebut Gibran Cuma SMA di Solo: Itulah Fufufafa..
- Baim Wong Terluka Hatinya, Olla Ramlan Maju Senggol Paula Verhoeven: Ego Laki Jangan Disentil Terus
- Rumah Baru Sarwendah Tersambar Petir
- Beda Kekayaan AKP Dadang Iskandar vs AKP Ryanto Ulil di Kasus Polisi Tembak Polisi
Pilihan
-
Pemetaan TPS Rawan di Kaltim: 516 Lokasi Terkendala Internet
-
Siapa SS? Anggota DPR RI yang Dilaporkan Tim Hukum Isran-Hadi Terkait Politik Uang di Kaltim
-
Proyek IKN Dorong Investasi Kaltim Capai Rp 55,82 Triliun Hingga Triwulan III
-
Tim Hukum Isran-Hadi Ungkap Bukti Dugaan Politik Uang oleh Anggota DPR RI Berinisial SS
-
5 Rekomendasi HP Murah Mirip iPhone Terbaru November 2024, Harga Cuma Rp 1 Jutaan
Terkini
-
Heboh! Viral Detik-detik Penculikan Anak di Blitar: Korban Dibujuk Beli Jajan
-
KPU Jatim: EVP Ruang untuk Bertukar Pengalaman Mengenai Pemilu
-
Tidak Netral, Kades di Situbondo Divonis 3 Bulan Penjara dengan Percobaan
-
Inilah Isi Tim Khusus Polda Jatim yang Ditugaskan Jaga Pilkada Sampang
-
Terungkap Bunker Milik Bandar Narkoba di Surabaya, Isinya Bikin Syok