Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Kamis, 20 Juni 2019 | 16:33 WIB
Massa wali murid penuhi halaman gedung Kantor Dindik Kota Surabaya, Jawa Timur, Kamis (20/6/2019). [Suara.com/Dimas Angga P]

SuaraJatim.id - Kantor Dinas Pendidikan (Dindik) Kota Surabaya, Jawa Timur kembali diserbu ratusan wali murid pada Kamis (20/6/2019). Jumlah massa yang ikut aksi tersebut lebih banyak dari hari sebelumnya.

Ratusan wali murid sempat menunggu lama Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya M Ikhsan untuk keluar dari ruangannya. Sambil menanti Ikhsan keluar menemui pendemo, mereka mencoba masuk dan berteriak menginginkan Ikhsan segera keluar dan memberikan penjelasan pada wali murid.

Akhirnya, Ikhsan keluar tepat pada pukul 15.00 WIB untuk memberi penjelasan kepada wali murid yang kembali melakukan aksi demonstrasi.

"Tadi pagi saya sudah berkonsultasi dengan kemendikbud, bahwa jika tidak menjalankan zonasi, maka pusat akan menghentikan bantuan," ucap Ikhsan menjelaskan, disambut teriakan Wali murid.

Baca Juga: Kisruh PPDB di Surabaya, Ratusan Wali Murid Demo Hingga Malam

Selain itu, Ikhsan juga mengumumkan permintaan ibu-ibu mengenai pembagian persentase zonasi dikabulkan oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan (kemendikbud).

"Bapak-bapak, Ibu-Ibu. Setelah kami tadi berkonsultasi dengan pusat, permintaan ibu-ibu sekalian dikabulkan, yakni untuk zonasi sebanyak 30 persen, dan 70 persen untuk rangking Nilai UN," imbuhnya, kali ini disambut tepuk tangan dari Wali Murid.

Meski begitu, wali murid sempat mengemukakan kekecewaannya, lantaran Dindik Kota Surabaya kembali menghidupkan server PPDB Kota Surabaya. Hal tersebut disampaikan seorang wali murid SDN Barata Jaya Surabaya, Fitri Suhermin.

Ia menyatakan kecewa karena server yang telah ditutup Rabu (19/6/2019) malam, dan dibuka kembali pada Kamis pagi tadi.

"Ternyata ditutupnya server hanya untuk menenangkan kami. Kami ingin server ditutup dan PPDB zonasi dibatalkan," ungkapnya dengan kesal.

Baca Juga: Kepala Dindik Kota Surabaya Penuhi Satu Permintaan Wali Murid

Fitri kecewa karena pada sistem itu, membuat anaknya tidak bisa masuk ke SMPN 8 yang jaraknya hanya 700 meter dari rumahnya.

Load More