Scroll untuk membaca artikel
Bangun Santoso
Minggu, 22 September 2019 | 06:21 WIB
Desainer asal Bali Ni Luh Djelantik. (Suara.com/Arry Saputra)

SuaraJatim.id - Desainer asal Bali Ni Luh Djelantik beberapa waktu lalu melaporkan akun Twitter @Lisaboedi yang diketahui milik Lisa Marlina. Lisa dinilai telah menghina masyarakat Bali atas cuitannya yang menyinggung kata 'pelacuran'.

Saat ditemui di Surabaya, Sabtu (21/9/2019) malam, perempuan yang disapa akrab Mbok Ni Luh ini mengatakan jika laporannya ke Polda Bali itu masih berlanjut.

"Masih lanjut. Jadi langkah selanjutnya adalah untuk kami memberikan klarifikasi untuk diperiksa oleh pihak kepolisian. Untuk Mbok Ni Luh juga menanyakan kepada pihak kepolisian apa kata para saksi ahli," ujar Ni Luh.

Saat ditanya, apakah sudah pernah bertemu Lisa untuk melakukan mediasi, ia mengatakan jika dirinya sering bepergian dan tak ada waktu untuk bertemu dengan si Lisa.

Baca Juga: Cuit Lisa Marlina Temui Tokoh Hindu, Tapi Ni Luh Djelantik Balas Begini

Meski Lisa pernah mengajak untuk bertemu dengannya, Ni Luh sepenuhnya menyerahkan perkara ini kepada aparat hukum.

"Mbok kan travelling, kalau sama Lisa-nya belum pernah ketemu. Dia pernah minta ketemu, tapi buat mbok negara ini adalah negara hukum. Jadi sudah sepatutnya kita selesaikan secara hukum," kata dia.

Sebelumnya, Lisa juga sempat mengunggah permohonan maaf dan kicauan barunya mengenai dirinya yang sudah bertemu dengan tokoh Hindu yang ada di Pulau Jawa untuk meminta maaf.

Cuitannya pun mendapat balasan tegas dari Ni Luh Djelantik yang menganggap Lisa salah sasaran, karena kasusnya tidak berbau unsur agama.

Namun, Ni Luh juga mengapresiasi Lisa yang telah bertemu dengan tokoh Hindu, namun jalur hukum tetap akan berjalan.

Baca Juga: Kirim Pesan Permohonan Maaf, Lisa Marlina Berdalih Typo dan Ajak Damai

Beri Pelajaran

Terkait laporan polisi yang ia layangkan, Ni Luh mengatakan, proses hukum tetap akan berjalan meski Lisa telah meminta maaf dan bertemu para tokoh Hindu. Bagi Ni Luh, cuitan Lisa bukan hanya menodai Bali tapi juga dianggap menodai seluruh daerah.

"Kita sebagai umat manusia harus saling memaafkan. Tapi ini ada sebuah pernyataan yang implikasinya bukan hanya kepada satu orang Mbok Ni Luh bukan, tapi kepada seluruh daerah beserta isinya jadi saya menyerahkan kepada hukum dan pihak berwajib. Dan kita lanjut," katanya.

Ia mengatakan, laporannya ke aparat kepolisian merupakan bentuk pemberian pelajaran bagi siapapun dalam mengucapkan sesuatu. Ni Luh tak ingin generasi muda nantinya akan dengan mudah mengatakan sesuatu yang berbau penghinaan.

"Permasalahan ini untuk memberi pelajaran, negeri ini sangat majemuk sangat plural. Kita tidak bisa membiarkan anak cucu kita generasi kita menggampangkan mengatakan sebuah hal yang menyakiti saudara saudaranya di pulau seberang, daerah seberang. Apalagi di dalam rumah," katanya.

Ia pun berpesan kepada siapapun yang menggunakan media sosial untuk selalu bijak dalam berpendapat. Sebelum mengucapkan sesuatu harus memakai pikiran dan hati. Memiliki sikap tenggang rasa antar sesama umat bangsa dan negara.

"Agar untuk pembelajaran kedepannya kita bisa menjaga tepo seliro, menjaga hormat, menyayangi. Jadi sebelum kita memakai perkataan kita, kita memakai ini (pikiran) dulu sama ini (perasaan). Kalau pakai ini (pikiran) dan ini (perasaan) nggak akan keluar kata kata seperti itu," imbuh dia.

Kontributor : Arry Saputra

Load More