Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Selasa, 22 Oktober 2019 | 18:47 WIB
Salah satu helikopter yang digunakan untuk water bombing. [Antara]

SuaraJatim.id - Dalam sepekan, setidaknya enam wilayah gunung di Jawa Timur mengalami kebakaran. Data yang diperoleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Timur (BPBD Jatim) menyebut kawasan gunung yang terbakar meliputi Gugusan Gunung Ijen, Tahura Arjuno Welirang, Gugusan Gunung Wilis, Pegunungan Kawi, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) dan Gunung Raung.

Kasi Kedaruratan BPBD Jatim Satriyo Nur Seno mengatakan, kekinian pihaknya belum bisa merinci secara pasti luasan hutan yang terbakar di enam wilayah gunung di Jatim tersebut.

"Kami belum bisa mendata secara rinci untuk luasannya. Informasi dari kawan-kawan Perhutani maupun Tahura, TNBTS ada ribuan hektar yang terbakar," kata Satriyo kepada kontributor Suara.com, Selasa (22/10/2019).

Meski begitu BPBD Jatim, kata Satriyo, mendapat laporan jika dampak kebakaran di Jawa Timur telah menghanguskan lahan seluas tiga ribu hektare lebih.

Baca Juga: Terjebak di Kebakaran Gunung Laung, Tujuh Pendaki Asal Singapura Selamat

Pemadaman kebakaran di gunung-gunung tersebut dilakukan dengan cara manual, kecuali Gunung Arjuno Welirang yang dilakukan dengan cara water bombing.

Pemadaman secara manual dilakukan dengan membakar sampah atau dari tumbuhan dan ranting yang dipotong atau disebut penyekatan manual. Nantinya api yang menyala di bawah akan bisa menutup api yang berasal dari atas. Namun pembakaran tersebut dikontrol dan dikelola oleh petugas di sana.

"Kita buat skat dari selasar, yang dibakar biasanya sampah dari tumbuhan yang dipotong. Kita sekat kemudian di bakar dari bawah. Sehingga api melawan api. Jadi tidak sampai ke bawah. Api yang di bawah nanti akan bisa menutup yang di atas," jelasnya.

Sedangkan untuk karhutla menggunakan water bombing saat ini hanya di lakukan di Gunung Arjuno saja. Pemadaman menggunakan water bombing, diakui Satriyo, masih terbatas untuk Gunung Arjuno Welirang.

Hal tersebut dikatakannya karena penggunaan helikopter untuk pemadaman ini harus menggunakan pembuatan SK tanggap darurat yang disetujui oleh Gubernur Jawa Timur.

"Itu lah kenapa kok Arjuno saja yang menggunakan water bombing, padahal yang lain juga butuh. Prosesnya tidak segampang itu. Karena di wilayah udara harus melibatkan semua unsur dan harus ada izin," katanya.

Baca Juga: Pantau Kebakaran Gunung Merbabu, Polres Boyolali Kerahkan Puluhan Personel

Satriyo melanjutkan, ketika izin penggunaan helikopter water bombing hanya di Gunung Arjuno maka pemadaman hanya dilakukan di area itu saja dan tidak bisa digunakan di tempat lain karena sudah menjadi SOP.

"Jadi mohon penekanan ke warga atau teman-teman media karena prosesnya seperti itu. Jangan dikira nanti petugasnya tidak bekerja," jelasnya.

Helikopter water bombing dengan nomor lambung RDPL 34260 berjenis MI-8 ini berasal dari BNPB, dan didatangkan dari Kalimantan Selatan setelah BKO pemadaman hutan kemudian di geser ke Jatim. Heli tersbut sudah beroperasi sejak Selasa (15/10/2019) lalu.

Satriyo menyebut bahwa selama tiga hari heli tersebut hanya parkir lantaran mengambil air terkendala oleh awan dan angin serta cuaca yang tidak mendukung. Heli tersebut baru bisa beroperasi bersih pada tanggal 19-22 Oktober.

Kebakaran hutan juga sulit dipadamkan lantaran angin kencang, kecepatan angin membawa api menyebar kemana-mana. Angin tersebut juga tak menguntungkan helikopter.

"Hari ini optimal jalan, satu kali shooting, tiga kali ambil air sudah sekitar 12 ribu ton pemadaman di Arjuno Welirang. Tapi belum bisa dipadamkan semua, aman beroperasi jam 6-11 saja untuk penerbangan," jelasnya.

Kontributor : Arry Saputra

Load More