SuaraJatim.id - Ike Nurillah, warga Desa Selok Awar-awar Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang mengadukan keberadaan proyek tambak di pesisir pantai kepada Bupati, Toriqul Haq, Selasa (29/10/2019).
Terkait pelaporannya itu, putri sulung mendiang Salim Kancil itu didampingi sang ibu.
Ditemui Jatimnet.com di Kantor Bupati Lumajang, Ike mempertanyakan keberadaan tambak tersebut. Dalam keterangan yang disampaikan kepada awak media, dia menjelaskan timbunan pembuatan tambak itu hampir setinggi rumah.
“Sejumlah sawah terancam rusak akibat keberadaan proyek tambak tersebut,” kata Ike kepada Jatimnet.com--jaringan SUARA.COM.
Selain itu, dia juga mengaku kerap didatangi tamu yang ingin menyewa hingga membeli tanah peninggalan orang tuanya. Meskipun tidak ada paksaan dari tamu tersebut.
Pada 2018 lalu, dia mendapat sosialisasi ihwal rencana tambak itu. Pada saat berbarengan, pengembang tambak menjanjikan akan memasang listrik di pantai Watu Pecak.
Termasuk sawah warga juga akan disewa dan diberi aliran listrik. Bahkan pihak pengembang tambak menawar dengan harga bervariasi mulai dari Rp 50 juta hingga Rp 200 juta untuk dibeli.
Ike mengatakan tidak akan menyewakan apalagi menjual tanahnya kepada investor tambak. Alasannya, tanah itu adalah tanah perjuangan dan banyak kenangan yang didapat orang tuanya.
Sejauh ini Ike mengaku khawatir kembali terjadi konflik seperti yang dialami bapaknya itu.
Baca Juga: Berlatarkan Gunung Lemongan, Menyisir Pesona Danau Ranu Klakah di Lumajang
"Terus terang kami masih trauma dengan kejadian waktu itu," katanya.
Laporan yang dibuat anak Salim Kancil telah diterima sang bupati. Ike mengaku Toriqul Haq berjanji akan melakukan pemantauan terhadap proyek tambak di lokasi sawah peninggalan mendiang ayahnya.
“Yang penting sudah saya sampaikan. Beliau berjanji akan berkunjung ke lokasi untuk memantau keberadaan tambak. Pada dasarnya bupati mengaku belum menerbitkan izin,” kata Ike.
Seperti diketahui, Salim Kancil merupakan salah satu figur pejuang anti tambang di Lumajang. Bersama Tosan dan sejumlah rekannya, mereka bersikukuh menolak keberadaan tambang di pesisir Desa Selok Awar-awar. Salim tewas setelah dikeroyok sejumlah orang yang didalangi oleh Kepala Desa Selok Awar-Awar, Hariono (almarhum).
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Pemain Keturunan yang Menunggu Diperkenalkan PSSI usai Mauro Zijlstra
- 'Ogah Ikut Makan Uang Haram!' Viral Pasha Ungu Mundur dari DPR, Benarkah?
- Usai Kena OTT KPK, Beredar Foto Immanuel Ebenezer Terbaring Dengan Alat Bantu Medis
- Eks Feyenoord Ini Pilih Timnas Indonesia, Padahal Bisa Selevel dengan Arjen Robben
- Terbukti Tak Ada Hubungan, Kenapa Ridwan Kamil Dulu Kirim Uang Bulanan ke Lisa Mariana?
Pilihan
-
Harga Emas Antam Hari Ini Lebih Murah Rp 4.000 Jadi Dibanderol Rp 1.929.000 per Gram
-
Lukisan Borobudur Bersepuh Emas Putih
-
Hasil Super League: Brace Joel Vinicius Bawa Borneo FC Kalahkan Persijap
-
Persib Bandung Siap Hadapi PSIM, Bojan Hodak: Persiapan Kami Bagus
-
5 Fakta Kekalahan Memalukan Manchester City dari Spurs: Rekor 850 Gol Tottenham
Terkini
-
Lomba Ayam Terbang di Pesisir Situbondo
-
Kendalikan Inflasi & Tingkatkan Daya Beli Masyarakat, Gubernur Khofifah Gelar Pasar Murah di Sumenep
-
Survei ARCI Ungkap Harapan Warga Jatim Kepada Khofifah-Emil: Jalan Rusak Hingga SMA Tanpa Pungli
-
Tanggap Bencana, BRI Peduli Salurkan Bantuan Kepada Warga Terdampak Gempa Poso
-
Bansos Berujung Judi Online? DPRD Jatim Desak Sanksi Berat untuk Penerima Nakal