Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Senin, 16 Desember 2019 | 15:54 WIB
Kepala BNNP Jatim Brigjen Pol Bambang Priyambada. [Suara.com/Arry Saputra]

Bahkan, BNNP Jatim mengemukakan kebanyakan jaringan dari lembaga pemasyarakatan (lapas) memiliki peran penting dalam mengedarkan barang haram tersebut di wilayahnya.

Bambang mengatakan jaringan lapas ini memiliki peredaran dari berbagai wilayah. Wilayah yang cukup banyak peredarannya dan memiliki kerawanan yang tinggi yakni di Madura.

"Jaringan di lapas ada bermacam-macam, ada jaringan Madura, Aceh, Jakarta, dan Medan. Masing masing punya pengendali yang ada di lapas. Ada yang sudah kita amankan dan belum karena kesulitan penangkapan," ucapnya.

Bambang bahkan mengemukakan yang mempermudah peredaran narkoba ini di lapas-lapas Jatim karena adanya komunikasi antarnarapidana yang sangat mudah dengan dunia luar. Apalagi, tahanan tersebut diizinkan untuk membawa alat komunikasi.

Baca Juga: Petugas Temukan Alat Isap Narkoba saat Sidak Rutan Makassar

"Kami berharap handphone tidak bisa masuk di LP. Selama ini handphone masih bisa masuk, jadi itu yang menjadi pemicu masuknya narkoba di lapas," jelasnya.

Bambang menyebut jika pusat peredaran narkotika paling tinggi ada di Madura. Bidang Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat (P2M) yang menjadikan wilayah itu sebagai target utama pengungkapan pun masih belum bisa mengungkap bandarnya.

"Bandar nomor satu berada di Madura. Madura tahun 2018 khususnya Bangkalan dan Sampang itu memang rawan. Kegiatan P2M di sana bisa dikatakan gagal, karena tidak maksimal, dikerjakan dengan baik," ungkapnya.

Selain itu, pemerintah di Madura juga kurang merespon adanya peredaran barang haram ini dengan ketat. Sehingga peredaran narkoba bisa beredar dengan bebas.

"Pemerintah Bangkalan saat 2018 tidak responsif sehingga program itutidak bisa masuk dengan baik," katanya.

Baca Juga: Tak Mau Anak Kena Narkoba, Tapi Ayah Ini Edarkan 3,4 Juta Pil Koplo

Kontributor : Arry Saputra

Load More